حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ، سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Bahwa dia mendengar Rasulullah (ﷺ) berkata, “Seorang hamba Allah boleh mengucapkan sepatah kata pun tanpa berpikir apakah itu benar atau salah, dia mungkin tergelincir ke dalam neraka sejauh jarak yang sama dengan jarak antara timur.”

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Diriwayatkan Abu Huraira: Bahwa dia mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Seorang hamba Allah mungkin mengucapkan suatu kata tanpa memikirkan apakah itu benar atau salah, dia mungkin tergelincir ke dalam Neraka sejauh jarak yang sama dengan antara timur." (Sahih al-Bukhari 6477)

Hadis yang mendalam ini muncul dalam Kitab "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" dan berfungsi sebagai peringatan keras tentang konsekuensi bicara yang ceroboh.

Analisis Linguistik

Frasa "tergelincir ke dalam Neraka" menunjukkan jatuh tiba-tiba dan tak terduga ke dalam kehancuran karena pelanggaran yang tampaknya kecil.

"Jarak yang sama dengan antara timur" menandakan jarak yang sangat besar dan tak terbayangkan - dari titik paling timur ke paling barat, menekankan beratnya hukuman.

"Tanpa memikirkan" menyoroti bahaya bicara spontan dan tidak reflektif yang kurang pertimbangan yang tepat terhadap pedoman Islam.

Komentar Ulama

Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan bagaimana satu kata dapat menyebabkan kutukan abadi jika melibatkan kekafiran, fitnah, atau dosa besar.

Ulama menekankan bahwa lidah adalah salah satu organ terkecil namun mampu menyebabkan bahaya terbesar. Imam al-Nawawi menyatakan ini berlaku untuk segala ucapan yang membuat Allah marah, termasuk menggunjing, berbohong, atau menyebarkan kerusakan.

"Kecerobohan" yang disebutkan merujuk pada berbicara tanpa mempertimbangkan apakah ucapan itu menyenangkan atau tidak menyenangkan Allah, tanpa mengevaluasi keabsahan agamanya.

Implikasi Praktis

Muslim harus mempraktikkan "muhasabah an-nafs" (akuntabilitas diri) sebelum berbicara, memastikan kata-kata selaras dengan ajaran Al-Qur'an dan Nabi.

Diam disarankan ketika tidak yakin tentang kebenaran suatu pernyataan, sebagaimana Nabi bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam."

Hadis ini mendorong pengembangan "khashyah" (takut) kepada Allah terkait bicara dan menumbuhkan kesadaran konstan bahwa Allah mendengar setiap ucapan.

Pelajaran Spiritual

Hukuman yang luar biasa untuk satu kata menunjukkan keadilan sempurna Allah dan tanggung jawab serius dari kehendak bebas.

Ini mengajarkan bahwa keselamatan memerlukan penjagaan semua bagian tubuh dari dosa, terutama lidah yang paling sulit dikendalikan.

Peringatan ini berfungsi sebagai motivasi untuk pertobatan konstan dan mencari perlindungan Allah dari kesalahan dalam bicara, mengakui kerentanan manusia.