Nabi (ﷺ) berkata, “Seorang Muslim adalah orang yang menghindari menyakiti Muslim dengan lidah atau tangannya. Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan (meninggalkan) apa yang dilarang oleh Allah.
Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)
Sahih al-Bukhari 6484
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, "Seorang Muslim adalah orang yang menghindari menyakiti Muslim lainnya dengan lidah atau tangannya. Dan seorang Muhajir (seorang emigran) adalah orang yang meninggalkan (mengabaikan) semua yang Allah larang."
Komentar tentang Definisi Seorang Muslim
Hadis mulia ini menetapkan kriteria mendasar untuk perilaku Islam yang sejati. Nabi (ﷺ) mendefinisikan seorang Muslim tidak hanya dengan pernyataan iman, tetapi dengan tindakan nyata yang menjaga harmoni komunitas. Menghindari bahaya dengan lidah mencakup menahan diri dari ghibah, fitnah, ucapan palsu, dan kata-kata yang menyakitkan. Menghindari bahaya dengan tangan mencakup semua pelanggaran fisik terhadap orang atau properti. Dengan demikian, kesempurnaan iman terwujud dalam keamanan dan perlindungan yang diberikan kepada sesama orang beriman.
Komentar tentang Definisi Seorang Muhajir
Istilah "Muhajir" di sini melampaui konteks historis migrasi dari Makkah ke Madinah. Ini menandakan migrasi spiritual di mana orang beriman beremigrasi dari apa yang Allah larang ke apa yang Dia perintahkan. Ini memerlukan meninggalkan semua dosa—besar dan kecil—dari hati, lidah, anggota badan, dan indera. Emigrasi sejati dengan demikian adalah perjalanan terus-menerus dari ketidaktaatan kepada ketaatan, dari wilayah setan ke kekuasaan Yang Maha Pengasih.
Wawasan Ilmiah
Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menekankan bahwa realitas Islam adalah baik batin maupun lahir. Muslim yang lengkap melindungi orang lain dari kejahatannya. Imam Ibn Rajab al-Hanbali mencatat bahwa definisi Muhajir menetapkan bahwa bentuk emigrasi tertinggi adalah meninggalkan dosa, yang wajib dilakukan setiap saat dan di semua tempat, tidak seperti hijrah fisik yang memiliki aturan khusus.
Aplikasi Praktis
Ajaran ini mengarahkan orang beriman untuk terus-menerus memeriksa interaksi dan keadaan batin mereka. Seseorang harus memastikan ucapan mereka tidak menyebabkan bahaya, tangan mereka tidak melakukan ketidakadilan, dan seluruh keberadaan mereka lari dari larangan ilahi. Hadis ini menghubungkan iman dengan tindakan, mengingatkan kita bahwa identitas Islam sejati ditunjukkan melalui perilaku etika dan kewaspadaan spiritual dalam setiap aspek kehidupan.