حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Anas

Nabi (ﷺ) berkata, “Jika kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Comment

Teks Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "Jika kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Sahih al-Bukhari 6486)

Konteks dan Makna

Pernyataan mendalam ini dari Kitab "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" mengungkapkan persepsi spiritual unik Nabi tentang realitas. Sementara orang biasa terlena dalam kesenangan dan gangguan duniawi, Utusan Allah memiliki pengetahuan langsung tentang alam gaib, beratnya Akhirat, dan konsekuensi dari tindakan manusia.

Frasa "apa yang aku ketahui" merujuk pada realitas ilahi yang ditunjukkan kepada Nabi - kepastian kematian, kengerian kubur, kerasnya Hari Kiamat, dan konsekuensi abadi di Surga atau Neraka. Pengetahuan ini secara alami menghasilkan keadaan kesadaran spiritual yang konstan dan keterlepasan dari hiburan duniawi.

Komentar Ulama

Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menekankan keutamaan sering menangis karena takut kepada Allah dan kerinduan akan rahmat-Nya. Para Sahabat, meskipun status mereka tinggi, selalu dalam keadaan kewaspadaan spiritual dan jarang terlibat dalam tawa berlebihan.

Ulama mencatat bahwa hadis ini tidak melarang tawa sepenuhnya, tetapi memperingatkan terhadap kelebihannya. Tawa sedang yang tidak melibatkan dosa diperbolehkan, tetapi keadaan utama seorang mukmin seharusnya adalah keseriusan dan perenungan tentang Akhirat.

Ajaran ini bertujuan untuk melembutkan hati (tarqīq al-qulūb) dan mengingatkan orang beriman bahwa dunia ini adalah tempat tinggal sementara yang penuh cobaan, sementara kehidupan abadi yang sejati menanti di Akhirat. Orang bijak adalah orang yang mempersiapkan diri untuk realitas tertinggi itu melalui amal saleh dan kewaspadaan spiritual.

Aplikasi Praktis

Seorang mukmin harus berusaha menyeimbangkan keterlibatan duniawi dengan kesadaran spiritual. Sambil memenuhi kewajiban duniawi yang diperlukan, seseorang harus sering mengingat kematian, merenungkan sifat fana kehidupan ini, dan mempertahankan hati yang lembut dan reseptif terhadap zikir Allah.

Hadis ini mendorong pengembangan "khawf" (takut kepada Allah) dan "raja'" (harap akan rahmat-Nya) - dua kualitas penting yang menjaga hati antara keputusasaan dan keamanan palsu, selalu berpaling kepada Allah dalam tobat yang tulus dan persiapan untuk pertemuan terakhir dengan Tuhan Semesta Alam.