Nabi (ﷺ) melihat seorang pria yang berperang melawan penyembah berhala dan dia adalah salah satu orang yang paling kompeten yang berperang atas nama Muslim. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat seorang dari penghuni neraka, lihatlah (manusia) ini.” ﷺ Pria lain mengikutinya dan terus mengikutinya sampai dia (pejuang) terluka dan, berusaha untuk mati dengan cepat, dia meletakkan ujung pedangnya di antara payudaranya dan membungkuk di atasnya sampai melewati bahunya (yaitu, bunuh diri). Rasulullah SAW menambahkan, “Seseorang boleh melakukan perbuatan yang menurut manusia seperti perbuatan penghuni surga, padahal ia berasal dari penghuni neraka. Demikian pula orang dapat melakukan amal-amal yang menurut manusia seperti amal penghuni neraka, padahal ia termasuk penghuni surga. ﷺ Sesungguhnya (hasil) perbuatan yang dilakukan tergantung pada perbuatan yang terakhir.”
Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)
Sahih al-Bukhari - Hadits 6493
Analisis Kontekstual
Narasi mendalam ini menampilkan seorang pejuang yang tampak saleh secara lahiriah, berjuang dengan gagah berani untuk Islam melawan kaum musyrik. Perbuatan lahiriahnya menunjukkan bahwa dia termasuk penghuni Surga, namun wawasan ilahi Nabi mengungkapkan tujuan akhirnya adalah Neraka.
Bunuh diri pria itu kemudian menunjukkan kerusakan di hatinya yang membatalkan perbuatan baiknya yang tampak. Keputusasaan dan penghancuran dirinya bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang esensial tentang kesabaran dan kepercayaan pada ketetapan Allah.
Komentar Ilmiah
Ulama klasik menjelaskan bahwa perbuatan dinilai berdasarkan kesimpulannya (khatimah). Seseorang mungkin melakukan perbuatan saleh sepanjang hidup, tetapi jika tindakan akhirnya rusak, ini menunjukkan keadaan sebenarnya dari hatinya. Sebaliknya, seorang pendosa mungkin bertobat di akhir hidup dan mencapai rahmat ilahi.
Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar bahwa hadits ini memperingatkan terhadap mengandalkan penampilan lahiriah saja dalam menilai keadaan spiritual. Hanya Allah yang mengetahui kondisi sebenarnya dari hati dan hasil akhir.
Al-Qurtubi menekankan bahwa bunuh diri termasuk dosa besar yang dapat membatalkan seumur hidup ibadah, karena itu menunjukkan keputusasaan tertinggi dalam rahmat Allah dan pelanggaran terhadap kepercayaan yang diberikan pada jiwa manusia.
Pelajaran Spiritual
Narasi ini mengajarkan Muslim untuk terus-menerus memeriksa niat mereka dan mencari tobat yang tulus. Seseorang tidak boleh pernah menjadi puas dengan keadaan spiritual mereka atau membuat penilaian akhir tentang kedudukan orang lain dengan Allah.
Hadits ini menekankan pentingnya mengakhiri hidup dalam ketaatan kepada Allah dan mempertahankan harapan dalam rahmat ilahi bahkan selama cobaan berat. Penghakiman akhir berada pada Allah saja, yang mengetahui rahasia hati dan hasil akhir.