حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ ‏"‏‏.‏ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ‏"‏ إِذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ، فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Jika kejujuran hilang, maka tunggulah hari kiamat.” Ditanya, “Bagaimana kejujuran akan hilang, wahai Rasulullah (ﷺ)?” Beliau berkata: “Apabila diberikan kekuasaan kepada orang-orang yang tidak pantas mendapatkannya, maka tunggulah hari kiamat.”

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Diriwayatkan oleh Abu Huraira: Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Ketika kejujuran hilang, maka tunggulah Hari Kiamat." Ditanyakan, "Bagaimana kejujuran akan hilang, wahai Rasulullah (ﷺ)?" Beliau bersabda, "Ketika otoritas diberikan kepada mereka yang tidak layak, maka tunggulah Hari Kiamat." (Sahih al-Bukhari 6496)

Hadis yang mendalam ini dari bab "Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" membahas kerusakan moral yang mendahului Hari Penghakiman, menyoroti hubungan kritis antara integritas kepemimpinan dan keruntuhan masyarakat.

Makna "Kejujuran" (Amanah)

Istilah "Amanah" mencakup semua bentuk kepercayaan - dari kepercayaan finansial dan janji hingga kepercayaan tertinggi dari posisi kepemimpinan. Ulama seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa Amanah mewakili tanggung jawab komprehensif yang Allah tempatkan pada umat manusia untuk memenuhi hak dan kewajiban dengan benar.

Ketika kepercayaan mendasar ini dilanggar secara sistematis, itu menunjukkan kebangkrutan spiritual dan disintegrasi moral masyarakat, membuatnya siap untuk penghakiman ilahi.

Korupsi Kepemimpinan

Penjelasan Nabi bahwa otoritas yang diberikan kepada orang yang tidak layak merupakan hilangnya kejujuran mengungkapkan kebenaran yang mendalam. Imam al-Qurtubi berkomentar bahwa ketika posisi kepemimpinan diberikan berdasarkan keturunan, kekayaan, atau koneksi politik daripada merit dan kesalehan, seluruh struktur sosial terurai.

Ibn Rajab al-Hanbali mencatat bahwa penempatan otoritas yang salah seperti itu menyebabkan pemerintahan yang tidak kompeten, ketidakadilan dalam keputusan, dan pemborosan sumber daya publik - semua manifestasi dari kepercayaan yang dilanggar yang pada akhirnya menghancurkan peradaban.

Implikasi Spiritual

Ulama klasik menekankan bahwa hadis ini berfungsi sebagai peringatan dan alat diagnostik. Al-Nawawi menjelaskan bahwa hilangnya Amanah dimulai di hati ketika orang mengutamakan keuntungan duniawi daripada prinsip agama, kemudian terwujud dalam kehidupan publik melalui kepemimpinan yang korup.

Hubungan dengan Hari Kiamat mengingatkan orang beriman bahwa kerusakan moral bukan hanya masalah sosial tetapi krisis spiritual dengan signifikensi eskatologis, mendesak pertobatan dan reformasi segera.

Relevansi Kontemporer

Ulama modern menarik perhatian pada bagaimana nubuat ini terwujud hari ini melalui nepotisme, penunjukan yang tidak memenuhi syarat, dan pengangkatan individu korup ke posisi kekuasaan. Hadis ini menyeru umat Islam untuk mempertahankan integritas pribadi sambil bekerja untuk membangun sistem berbasis merit yang melestarikan Amanah dalam semua urusan.

Pelestarian kepercayaan, khususnya dalam pemilihan kepemimpinan, menjadi tanggung jawab individu dan kolektif yang dapat menunda atau mengurangi tanda-tanda Hari Akhir.