حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ ـ رضى الله عنه ـ كَانَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم نَاقَةٌ‏.‏ قَالَ وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ أَخْبَرَنَا الْفَزَارِيُّ وَأَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَتْ نَاقَةٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تُسَمَّى الْعَضْبَاءَ، وَكَانَتْ لاَ تُسْبَقُ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ عَلَى قَعُودٍ لَهُ فَسَبَقَهَا، فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ وَقَالُوا سُبِقَتِ الْعَضْبَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يَرْفَعَ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ وَضَعَهُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Allah berfirman, 'Aku akan menyatakan perang terhadap orang yang menunjukkan permusuhan terhadap seorang penyembah yang saleh bagi-Ku. Dan apa yang paling dicintai hamba-Ku mendekat kepada-Ku adalah apa yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan hamba-Ku terus mendekat kepada-Ku dengan melakukan nawafil sampai Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, indera penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dia pegang, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan jika dia meminta perlindungan-Ku (perlindungan), Aku akan melindunginya; (yaitu memberinya perlindungan) dan Aku tidak ragu untuk melakukan apa pun sebagai Saya ragu untuk mengambil jiwa orang percaya, karena dia membenci kematian, dan saya benci mengecewakannya.”

Comment

Perlindungan Ilahi bagi Orang Saleh

Allah Yang Maha Kuasa menyatakan perang terhadap mereka yang menunjukkan permusuhan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Ini menunjukkan status tinggi orang beriman yang benar di mata Allah. Perlindungan ini tidak hanya mencakup keselamatan fisik tetapi juga penjagaan spiritual. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibn Rajab al-Hanbali, hadis qudsi ini menunjukkan bahwa Allah menjadi pembela hamba-hamba-Nya yang tercinta, menjadikan musuh-musuh mereka sebagai musuh-Nya sendiri.

Jalan Menuju Cinta Ilahi

Hadis ini menguraikan kemajuan spiritual yang jelas: dimulai dengan tindakan wajib (fara'id), kemudian perbuatan sunnah (nawafil). Seperti yang dikomentari oleh Imam al-Qurtubi, tindakan wajib membangun fondasi iman, sementara nawafil mengangkat hamba ke stasiun spiritual yang lebih tinggi. Pendekatan bertahap ini mencerminkan rahmat Allah, memungkinkan orang beriman untuk naik langkah demi langkah dalam perjalanan spiritual mereka.

Pelaksanaan nawafil yang terus-menerus membawa hamba lebih dekat kepada Allah hingga mencapai stasiun cinta ilahi (mahabbah). Pada tahap ini, seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibn al-Qayyim, kehendak orang beriman menjadi selaras dengan kehendak Allah, sehingga kemampuan mereka beroperasi sesuai dengan keridhaan ilahi.

Bantuan Ilahi Tertinggi

Ketika Allah berkata "Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan kakinya," para ulama menafsirkan ini sebagai bimbingan dan bantuan ilahi dalam semua tindakan. Seperti yang dinyatakan oleh Imam al-Nawawi, ini berarti Allah melindungi kemampuan-kemampuan ini dari digunakan dalam ketidaktaatan dan mengarahkannya menuju ketaatan. Orang beriman pada tahap ini melihat melalui cahaya ilahi, mendengar dengan kesadaran spiritual, dan bertindak dengan bantuan surgawi.

Jaminan respons terhadap doa dan perlindungan mencerminkan hubungan khusus antara Allah dan hamba-Nya yang tercinta. Seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali, ketika kehendak seorang hamba sepenuhnya selaras dengan kehendak ilahi, permintaan mereka secara alami sesuai dengan apa yang Allah ingin berikan.

Kasih Sayang Ilahi dalam Kematian

Keraguan Allah dalam mengambil jiwa orang beriman, meskipun itu adalah hal yang mudah bagi-Nya, menunjukkan kasih sayang ilahi tertinggi. Seperti yang dikomentari oleh Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari, ini menunjukkan pertimbangan Allah terhadap keengganan alami orang beriman terhadap kematian, sementara secara bersamaan mempersiapkan bagi mereka pahala abadi yang jauh lebih unggul daripada kehidupan duniawi. Keraguan ilahi ini mencerminkan kedalaman rahmat Allah terhadap mereka yang telah mendekat kepada-Nya.