حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ بْنِ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ، أَنَّ أَبَا عَمْرٍو، ذَكْوَانَ مَوْلَى عَائِشَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ كَانَتْ تَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهَ صلى الله عليه وسلم كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ ـ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ، يَشُكُّ عُمَرُ ـ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ، فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ ‏"‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ‏"‏‏.‏ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ ‏"‏ فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى ‏"‏‏.‏ حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ يَدُهُ‏.‏ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ الْعُلْبَةُ مِنْ الْخَشَبِ وَالرَّكْوَةُ مِنْ الْأَدَمِ.
Terjemahan
Narasi Anas bin Malik

Rasulullah SAW bersabda, “Ketika dibawa ke kuburnya, orang mati diikuti oleh tiga orang, dua di antaranya kembali (setelah penguburannya) dan satu tinggal bersamanya: kerabatnya, harta benda, dan perbuatannya mengikutinya; kerabat dan hartanya kembali sementara perbuatannya tetap bersamanya.” ﷺ

Comment

Teks Hadis

"Ketika dibawa ke kuburnya, seorang mayat diikuti oleh tiga, dua di antaranya kembali (setelah penguburannya) dan satu tetap bersamanya: kerabatnya, hartanya, dan amalannya mengikutinya; kerabat dan hartanya kembali sementara amalannya tetap bersamanya." (Sahih al-Bukhari 6514)

Konteks dan Signifikansi

Hadis yang mendalam ini dari Kitab "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" dalam Sahih al-Bukhari berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang sifat sementara dari keterikatan duniawi dan keabadian amalan seseorang.

Nabi Muhammad (ﷺ) menggunakan gambaran hidup ini untuk menggambarkan bagaimana segala yang kita hargai di dunia ini pada akhirnya meninggalkan kita pada momen paling kritis - ketika kita menghadap Tuhan sendirian.

Komentar Ulama

Tiga pendamping yang disebutkan mewakili tiga keterikatan utama dalam kehidupan manusia: ikatan keluarga (kerabat), harta benda (harta), dan modal spiritual (amalan).

Kerabat kembali ke kehidupan mereka, harta dibagikan di antara ahli waris, tetapi amalan - baik dan buruk - menemani jiwa ke dalam kubur dan seterusnya. Ini menekankan bahwa tindakan kita adalah satu-satunya pendamping sejati di akhirat.

Ulama klasik mencatat bahwa hadis ini mendorong orang beriman untuk memprioritaskan mengumpulkan amal baik daripada menimbun harta duniawi, karena amalan memberikan persahabatan abadi sementara keterikatan duniawi bersifat sementara.

Pelajaran Spiritual

Ajaran ini melembutkan hati dengan mengingatkan kita tentang realitas kematian dan kesendirian tertinggi yang akan kita hadapi hanya dengan amalan kita sebagai pendamping.

Ini menyerukan introspeksi tentang apa yang benar-benar kita hargai dan investasikan selama keberadaan duniawi kita yang terbatas.

Hadis ini berfungsi sebagai motivasi yang kuat untuk melakukan amal saleh dan mempertahankan prioritas yang tepat, mengetahui bahwa hanya tindakan kita yang akan bermanfaat bagi kita dalam kehidupan abadi yang akan datang.