حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، عَنْ عِمْرَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila penghuni surga masuk surga dan penghuni neraka masuk neraka, maka akan dibawa kematian dan ditempatkan di antara neraka dan surga, kemudian disembelih, dan akan dipanggil (yaitu), “Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian! ﷺ Wahai penghuni neraka, tidak ada lagi kematian. “Maka penghuni surga akan menambah kebahagiaan pada kebahagiaan mereka sebelumnya, dan penghuni neraka akan menambah kesedihan mereka sebelumnya.”

Comment

Penyembelihan Kematian: Peristiwa Eskatologis yang Mendalam

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" menyajikan salah satu adegan paling luar biasa di Akhirat. Para ulama menjelaskan bahwa kematian, yang Allah ciptakan sebagai makhluk nyata, akan dibawa dalam bentuk domba jantan dan disembelih antara Surga dan Neraka. Manifestasi fisik ini menunjukkan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh ciptaan.

Proklamasi Ganda Takdir Abadi

Pengumuman "Wahai penghuni Surga, tidak ada lagi kematian!" membawa sukacita tak terbatas, mengonfirmasi kebahagiaan abadi mereka tanpa gangguan. Bagi penghuni Neraka, "tidak ada lagi kematian!" menandakan hukuman abadi tanpa kelegaan dari kepunahan. Ini mewakili pemenuhan tertinggi keadilan ilahi - pahala abadi bagi orang beriman dan hukuman abadi bagi orang kafir.

Pelajaran Spiritual dan Renungan yang Melembutkan Hati

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini berfungsi untuk melembutkan hati dengan menekankan finalitas kondisi Akhirat. Penambahan kebahagiaan demi kebahagiaan bagi penghuni Surga menunjukkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas, sementara peningkatan kesedihan bagi penghuni Neraka menunjukkan beratnya penolakan iman. Adegan ini harus memotivasi orang beriman untuk berusaha meraih Surga dan takut akan Neraka abadi.

Imam al-Qurtubi mencatat bahwa penyembelihan kematian melambangkan transformasi lengkap dari eksistensi sementara ke realitas abadi. Para ulama secara bulat menegaskan bahwa peristiwa ini terjadi setelah semua ciptaan memasuki tempat tinggal terakhir mereka, mengukir takdir mereka selamanya sesuai dengan perbuatan mereka dalam kehidupan duniawi.