Aku berkata, “Wahai Rasulullah (ﷺ)! Siapakah orang yang paling beruntung yang akan mendapatkan syafaat Anda pada hari kiamat?” Nabi (ﷺ) berkata, “Wahai Abu Huraira! Saya pikir tidak ada yang akan bertanya kepada saya tentang hadis ini sebelum Anda, karena saya tahu kerinduan Anda akan (belajar) hadits. Orang yang paling beruntung yang mendapat syafaat saya pada hari kiamat adalah orang yang berkata, “Tidak ada yang berhak disembah selain Allah,” dengan tulus dari lubuk hatinya.
Keunggulan Tauhid yang Ikhlas
Narasi yang diberkati ini dari Sahih al-Bukhari 6570, ditemukan dalam Buku "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)," mengungkapkan hubungan mendalam antara iman yang ikhlas dan syafaat Nabi. Pertanyaan Abu Huraira menunjukkan kepedulian mendalam para sahabat terhadap keselamatan akhir mereka.
Syarat untuk Syafaat
Jawaban Nabi menekankan bahwa sekadar pengucapan lisan syahadat tidaklah cukup. Frasa "dengan ikhlas dari dasar hatinya" menunjukkan perlunya ikhlas (kemurnian niat) dan yaqin (keyakinan) dalam deklarasi tauhid seseorang.
Keikhlasan ini memerlukan penegasan hati untuk menyertai ucapan lisan, bebas dari keraguan dan syirik, mewujudkan ketundukan sejati hanya kepada Allah.
Implikasi Spiritual
Antisipasi Nabi terhadap pertanyaan Abu Huraira menyoroti pentingnya mencari ilmu yang bermanfaat. Istilah "orang yang paling beruntung" merujuk pada seseorang yang mencapai kesuksesan tertinggi dengan menggabungkan keyakinan yang benar dengan tindakan yang saleh.
Hadis ini berfungsi sebagai pengingat bahwa syafaat Nabi disediakan bagi mereka yang hatinya telah dimurnikan melalui tauhid yang sejati, menjadikan pelembutan hati (riqaq) penting untuk keselamatan.