Saya bertanya kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) "Perbuatan manakah yang paling disayangi Allah?" Dia menjawab, "Untuk berdoa pada waktu yang ditetapkan awal." Saya bertanya, "Apa yang berikutnya (dalam kebaikan)?" Dia menjawab, "Untuk menjadi baik dan berbakti kepada orang tuamu" saya bertanya lagi, "Apa yang selanjutnya (dalam kebaikan)?" Dia menjawab, 'Untuk berpartisipasi dalam Jihad (perjuangan agama) dalam perjuangan Allah.' 'Abdullah menambahkan, "Saya hanya meminta sebanyak itu dan jika saya meminta lebih banyak, Nabi (صلى الله عليه وسلم) akan memberi tahu saya lebih banyak."
Waktu-waktu Sholat - Sahih al-Bukhari 527
Hadis ini dari Sahih al-Bukhari mengandung hikmah mendalam mengenai hierarki amal saleh dalam Islam. Nabi Muhammad (ﷺ) menetapkan urutan prioritas spiritual yang jelas yang harus dipahami dan diterapkan oleh setiap Muslim.
Keutamaan Sholat pada Waktunya yang Tetap
Nabi (ﷺ) menempatkan sholat pada waktunya yang ditetapkan sebagai amalan yang paling dicintai Allah. Ini menekankan bahwa sholat wajib (Salah) bukan hanya tindakan ritual tetapi fondasi hubungan seseorang dengan Sang Pencipta. Melaksanakannya pada awal waktunya menunjukkan semangat untuk memenuhi kewajiban utama dan menjaga disiplin spiritual.
Para ulama menjelaskan bahwa sholat di awal waktunya menunjukkan kewaspadaan dalam tugas agama dan mencegah penundaan yang dapat menyebabkan terlewatnya sholat sama sekali. Waktu ini mencerminkan kesadaran Muslim yang konstan akan janji ilahi sepanjang hari.
Bakti kepada Orang Tua
Setelah menetapkan hak-hak Allah, Nabi (ﷺ) segera menyebutkan hak-hak makhluk, dimulai dengan orang tua. Urutan ini menandakan bahwa setelah memenuhi kewajiban langsung kepada Allah, tugas terpenting berikutnya adalah kepada mereka yang membawa seseorang ke dalam keberadaan.
Para ulama Islam mencatat bahwa kebaikan kepada orang tua (birr al-walidayn) disebutkan bersama sholat dalam beberapa ayat Al-Quran, menunjukkan statusnya yang tinggi. Kewajiban ini berlanjut bahkan setelah kematian mereka melalui doa untuk mereka, menghormati teman-teman mereka, dan menjaga hubungan keluarga.
Jihad di Jalan Allah
Amalan peringkat ketiga yang disebutkan adalah Jihad, yang diinterpretasikan para ulama dalam arti militer dan spiritual yang lebih luas. Jihad yang lebih besar adalah perjuangan melawan ego sendiri, sementara Jihad yang lebih kecil adalah pertempuran defensif untuk melindungi tanah Muslim.
Urutan ini mengajarkan bahwa bahkan tindakan mulia Jihad datang setelah menegakkan sholat rutin dan memenuhi kewajiban keluarga. Seorang pejuang harus pertama-tama saleh dalam ibadah pribadi dan hubungan keluarga sebelum melakukan perjuangan eksternal.
Kebijaksanaan dalam Pertanyaan yang Terbatas
Pernyataan Abdullah ibn Mas'ud bahwa dia berhenti pada tiga pertanyaan, meskipun Nabi akan melanjutkan, mengandung hikmah yang mendalam. Ini menunjukkan pemahaman sahabat bahwa seseorang harus mencari pengetahuan secara bertahap dan menerapkan apa yang dipelajari sebelum mencari lebih banyak.
Para ulama menyoroti bahwa pendekatan ini mencegah pembebanan yang berlebihan pada pencari dan memastikan penerapan yang tepat dari pengetahuan yang diperoleh. Ini juga menunjukkan penghormatan terhadap waktu Nabi dan pentingnya fokus pada hal-hal mendasar sebelum hal-hal sekunder.