عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ بِالْمَدِينَةِ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا يَلْحَدُ وَالْآخَرُ لَا يَلْحَدُ. فَقَالُوا: أَيُّهُمَا جَاءَ أَوَّلًا عَمِلَ عَمَلَهُ. فَجَاءَ الَّذِي يَلْحَدُ فَلَحَدَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رَوَاهُ فِي شَرْحِ السّنة
Salin

Al-Bara'b. 'Azib berkata, “Kami pergi dengan utusan Allah ke pemakaman seorang pria Ansar, tetapi ketika kami sampai di kubur, ceruk di samping belum dibuat, maka Nabi duduk menghadap kiblat dan kami duduk bersamanya.” Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Majah mengirimkannya, Ibnu Majah menambahkan “diam-diam”. (Secara harfiah, seolah-olah burung-burung itu berada di atas kepala kami. Penjelasan dari frasa tersebut adalah bahwa ketika seekor burung turun di atas kepala unta dan mulai mengambil kutu darinya, unta itu berdiri diam dengan sempurna agar tidak membuatnya takut.)