عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فَلَانًا ابْنِي عَاهَرْتُ بِأُمِّهِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا دِعْوَةَ فِي الْإِسْلَامِ ذَهَبَ أَمْرُ الْجَاهِلِيَّةِ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ» . رَوَاهُ أَبُو دَاوُد
Terjemahan
'Amr b. Syu'aib, atas wewenang ayahnya, mengatakan bahwa kakeknya menceritakan tentang seorang pria yang bangun dan berkata, “Rasulullah, begitu juga anakku; aku melakukan hubungan ilegal dengan ibunya pada masa pra-Islam.” Rasulullah menjawab, “Tidak ada klaim ayah yang melanggar hukum dalam Islam. Apa yang dilakukan pada masa pra-Islam telah dibatalkan. Anak itu dikaitkan dengan orang yang di tempat tidurnya ia dilahirkan, dan orang yang berzina dirampas haknya.” Abu Dawud menuliskannya.