Allah turun setiap malam ke langit yang paling rendah ketika sepertiga dari bagian pertama malam itu berakhir dan berfirman: Akulah Tuhan; Akulah Tuhan: siapa yang ada di sana untuk memohon kepada-Ku sehingga Aku menjawabnya? Siapa yang ada di sana untuk memohon kepada-Ku sehingga Aku mengabulkan dia? Siapa yang ada di sana untuk memohon pengampunan dari-Ku sehingga Aku mengampuninya? Dia terus seperti ini sampai fajar menyingsing.
Teks Hadis & Referensi
"Allah turun setiap malam ke langit terendah ketika sepertiga pertama malam telah berlalu dan berkata: Akulah Tuhan; Akulah Tuhan: siapa yang berdoa kepada-Ku sehingga Aku menjawabnya? Siapa yang meminta kepada-Ku sehingga Aku memberikannya? Siapa yang memohon ampunan dari-Ku sehingga Aku mengampuninya? Dia terus seperti ini hingga fajar menyingsing."
Sumber: Sahih Muslim, Kitab Shalat - Musafir, Hadis: 758 b
Makna Turunnya
Turunnya (nuzūl) ini adalah sifat nyata Allah sebagaimana Dia menggambarkan Diri-Nya, tetapi tidak seperti turunnya makhluk ciptaan. Ini sesuai dengan Keagungan-Nya tanpa bertanya "bagaimana" (bilā kayf) dan tanpa menyerupai ciptaan. Ini adalah cara para pendahulu yang saleh (Salaf).
Frasa "langit terendah" menunjukkan tindakan ilahi tertentu yang terjadi dengan cara yang melampaui pemahaman spasial manusia, menegaskan transendensi mutlak Allah di atas ciptaan-Nya sambil secara bersamaan menegaskan kedekatan dan responsif-Nya terhadap hamba-hamba-Nya.
Panggilan & Implikasinya
Panggilan Allah mengandung tiga bentuk ibadah mendasar: doa (du'ā'), meminta kebutuhan (su'āl), dan mencari pengampunan (istighfār). Ini menunjukkan kemurahan hati Allah yang luar biasa dan keinginan-Nya untuk menganugerahkan rahmat kepada hamba-hamba-Nya.
Pengulangan "Akulah Tuhan" menekankan kedaulatan-Nya dan hak-Nya untuk disembah sendirian, sambil secara bersamaan mendorong hamba-hamba-Nya untuk berpaling kepada-Nya dengan kebutuhan mereka, yakin akan kemampuan dan kesediaan-Nya untuk merespons.
Waktu & Durasi
Waktu yang ditentukan - "ketika sepertiga pertama malam telah berlalu" - menunjukkan sepertiga terakhir malam, waktu yang sangat diberkati untuk ibadah. Para ulama berbeda pendapat apakah turunnya ini terjadi sekali atau sepanjang malam, tetapi pendapat yang dominan adalah bahwa itu berlanjut hingga fajar.
Waktu ini mendorong Muslim untuk bangun untuk shalat malam (Tahajjud), menjadikan periode ini kesempatan luar biasa untuk percakapan intim dengan Sang Pencipta ketika gangguan minimal dan hati paling reseptif.
Panduan Praktis
Hadis ini memotivasi orang beriman untuk secara aktif mencari waktu yang diberkati ini untuk ibadah, doa, dan mencari pengampunan. Ini mengajarkan bahwa Allah sangat dekat dan responsif selama jam-jam ini.
Orang beriman harus mendekati waktu ini dengan harapan, keyakinan akan respons Allah, dan kerendahan hati, mengakui ini sebagai undangan ilahi untuk mendekat kepada Yang Maha Pengasih melalui tindakan pengabdian dan permohonan yang tulus.