حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Abu Huraira melaporkan Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Dia yang berdoa pada Lailat-ul-Qadr (Malam Yang Maha Agung) mengetahui bahwa itu (malam yang sama). Aku (percaya) bahwa dia (Nabi juga) berkata: (Siapa yang melakukannya) dengan iman dan mencari pahala (dari Allah), dosa-dosanya akan diampuni.

Comment

Keunggulan Shalat pada Malam Lailatul Qadar

Kitab Shalat - Musafir, Sahih Muslim, Hadis: Sahih Muslim 760 b

Analisis Teks

Hadis mulia ini menetapkan tiga syarat penting untuk mencapai pengampunan dosa melalui ibadah pada Malam Lailatul Qadar: melaksanakan shalat, memiliki pengetahuan pasti tentang terjadinya malam tersebut, dan mempertahankan iman yang tulus sambil mencari pahala ilahi.

Komentar Ulama

Frasa "mengetahui bahwa itu" menunjukkan bahwa kebetulan shalat saja tidak cukup; seseorang harus secara sadar mengakui kesucian malam tersebut. Unsur "iman" mengacu pada keyakinan teguh akan janji Allah untuk pengampunan, sementara "mencari pahala" menunjukkan niat murni yang bebas dari pamer. Pengampunan komprehensif mencakup dosa kecil dan besar, meskipun para ulama berbeda pendapat mengenai apakah itu berlaku untuk hak-hak yang harus diberikan kepada makhluk lain.

Implikasi Hukum

Hadis ini mendorong umat Islam untuk dengan waspada mencari Malam Lailatul Qadar selama sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama malam-malam ganjil. Penekanan pada "shalat" mencakup shalat wajib dan sunah, dengan keutamaan khusus diberikan pada bacaan panjang dan berdiri dengan khusyuk dalam shalat. Janji pengampunan lengkap berfungsi sebagai dorongan ilahi untuk usaha spiritual selama malam-malam yang diberkati ini.