Saya melihat kaki orang-orang musyrik sangat dekat dengan kami saat kami berada di dalam gua. Aku berkata: Rasulullah, jika salah satu di antara mereka melihat di kakinya dia pasti akan melihat kita. Lalu dia berkata: Abu Bakar, apa yang akan menimpa dua orang yang memiliki Allah sebagai Yang ketiga bersama mereka.
Kitab Keutamaan Para Sahabat - Sahih Muslim 2381
Riwayat ini dari sahabat yang diberkati Abu Bakar al-Siddiq (semoga Allah meridainya) menceritakan momen berbahaya selama Hijrah ketika Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar berlindung di Gua Tsaur, dikejar oleh kaum musyrik Quraisy.
Latar Belakang Kontekstual
Insiden ini terjadi selama migrasi dari Makkah ke Madinah, ketika Quraisy telah menempatkan hadiah atas kepala Nabi. Gua memberikan perlindungan sementara sementara rombongan pencari lewat di dekatnya.
Kekhawatiran Abu Bakar mencerminkan ketakutan manusia alami ketika menghadapi bahaya yang akan datang, menunjukkan perawatan pelindungnya untuk Rasulullah ﷺ.
Komentar Ilmiah
Tanggapan Nabi "Apa yang dapat menimpa dua orang yang memiliki Allah sebagai yang ketiga" mengandung makna teologis yang mendalam. Para ulama menjelaskan ini sebagai penegasan realitas perlindungan ilahi (ḥifẓ) dan persahabatan (maʿiyyah) bagi mereka yang percaya kepada Allah.
Imam al-Nawawi berkomentar bahwa hadis ini menetapkan prinsip tawakkal (bersandar kepada Allah) sambil mengambil cara perlindungan yang diizinkan. Pengasingan fisik di gua adalah caranya, sementara perlindungan sejati datang dari Allah.
Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa pernyataan ini menunjukkan tingkat keyakinan (yaqīn) tertinggi dalam janji perlindungan Allah, berfungsi sebagai penghiburan abadi bagi orang beriman yang menghadapi kesulitan.
Pelajaran Spiritual
Pertukaran ini mengajarkan bahwa ketika orang beriman bersatu dalam kebenaran, Allah menjadi pelindung mereka yang tak terlihat. "Dua" mewakili setiap perkumpulan beriman, sementara "yang ketiga" menandakan perawatan khusus Allah untuk pertemuan seperti itu.
Insiden ini juga menggambarkan status terkemuka Abu Bakar sebagai sahabat yang dipilih untuk perjalanan suci ini dan persahabatan teladannya (ṣuḥbah) kepada Nabi ﷺ.
Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa keamanan sejati datang bukan dari hambatan fisik tetapi dari penjagaan ilahi, mengingatkan orang beriman untuk mempertahankan kesadaran spiritual bahkan selama tindakan pencegahan duniawi.