Allah, Yang Maha Mulia, berfirman: Anak Adam tidak menyenangkan Aku dengan menyalahgunakan Dahr (waktu), sedangkan Aku adalah Dahr, Aku bergantian siang dan malam.
Buku Mengenai Penggunaan Kata-Kata yang Benar
Penulis: Sahih Muslim | Referensi Hadis: Sahih Muslim 2246 b
Komentar Ilahi tentang Hadis
Tradisi suci ini mengungkapkan kebenaran teologis yang mendalam mengenai hubungan Allah dengan waktu. Ketika Allah menyatakan "Aku adalah Dahr," ini tidak boleh dipahami sebagai identifikasi harfiah dengan waktu yang diciptakan, melainkan sebagai penegasan kedaulatan mutlak-Nya atas eksistensi temporal.
Ketidaksenangan yang disebutkan berasal dari atribusi manusia terhadap kemalangan kepada waktu itu sendiri, daripada mengakui bahwa semua peristiwa terjadi karena ketetapan dan kebijaksanaan Ilahi. Mengutuk waktu pada dasarnya adalah keberatan terhadap pengaturan urusan Allah yang sempurna.
Penjelasan Ilmiah
Imam Nawawi menjelaskan bahwa Dahr merujuk pada waktu, dan pernyataan Allah "Aku adalah Dahr" berarti Dia adalah Pencipta dan Pengendali waktu, Yang menggilirkan siang dan malam serta mengatur semua urusan temporal. Atribusi kejahatan kepada waktu merupakan ketidaksyukuran terhadap dispensasi Ilahi.
Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini mengajarkan atribusi yang tepat: semua kebaikan dan kejahatan dalam waktu berasal dari kebijaksanaan dan ketetapan Allah. Menggerutu terhadap waktu secara implisit adalah mengeluh terhadap Yang menetapkannya.
Implikasi Spiritual
Orang beriman harus menerima semua keadaan dengan penerimaan yang sabar, menyadari bahwa apa pun yang terjadi dalam waktu berasal dari kebijaksanaan Allah yang sempurna. Pemahaman ini menumbuhkan kepuasan dengan ketetapan Ilahi dan melindungi dari racun spiritual kebencian.
Ucapan yang benar mencerminkan keyakinan yang benar - sehingga larangan mengutuk waktu berfungsi untuk memurnikan baik ekspresi lahiriah maupun keyakinan batin mengenai kedaulatan mutlak Allah atas semua urusan.