حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنَ عَائِشَةَ، أَنَّ قُرَيْشًا، أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلاَّ أُسَامَةُ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏.‏ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ‏"‏ ‏.‏ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ فَقَالَ ‏"‏ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا ‏"‏ ‏.‏ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ رُمْحٍ ‏"‏ إِنَّمَا هَلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Jaibir melaporkan bahwa seorang wanita dari suku Makhzum melakukan pencurian. Dia dibawa kepada Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) dan dia mencari perlindungan (syafaat) dari Umm Salama, istri Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم). Maka Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Demi Allah, bahkan jika dia adalah Fatima, saya akan dipotong tangannya. Dan dengan demikian tangannya dipotong.

Comment

Kitab Hukuman Hukum

Sahih Muslim 1689 - Komentar oleh Sarjana Klasik

Konteks Hadis

Pernyataan ini diucapkan oleh Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) mengenai kasus pencurian yang melibatkan seorang wanita dari suku Quraisy yang mulia. Ini menunjukkan kesetaraan mutlak di hadapan hukum Islam, di mana status sosial tidak memberikan kekebalan dari hukuman yang ditetapkan secara ilahi.

Interpretasi Ilmiah

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan prinsip dasar kesetaraan dalam menerapkan hukuman hukum (hudud). Penyebutan Fatimah, putri tercinta Nabi, menekankan bahwa tidak ada seorang pun - terlepas dari keturunan atau kedekatan dengan Nabi - yang berada di atas hukum Allah.

Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa narasi ini menekankan pentingnya menerapkan hudud tanpa diskriminasi, karena keadilan dalam Islam tidak memandang status sosial, kekayaan, atau hubungan keluarga.

Prinsip Hukum yang Diperoleh

1. Kesetaraan di hadapan hukum adalah landasan yurisprudensi Islam

2. Hubungan pribadi tidak boleh mengganggu keputusan peradilan

3. Penerapan hudud memerlukan standar bukti yang ketat dan proses peradilan yang tepat

4. Tujuan hukuman adalah untuk menegakkan keadilan dan mencegah kejahatan, bukan hanya untuk menimbulkan penderitaan