حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ، فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ ح وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ، يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِنَفْسِهِ إِلاَّ أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ‏.‏
Terjemahan
'Aisyah melaporkan

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) tidak pernah membuat pilihan antara dua hal tetapi mengadopsi yang lebih mudah dibandingkan dengan yang sulit, tetapi pilihannya untuk yang lebih mudah hanya jika itu tidak melibatkan dosa, tetapi jika itu melibatkan dosa, dialah yang paling jauh darinya di antara orang-orang.

Comment

Kitab Keutamaan - Sahih Muslim 2327 d

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan semoga damai dan berkah tercurah kepada Rasul terakhir-Nya, Muhammad.

Analisis Teks

Hadis mulia ini dari Sahih Muslim mengungkapkan karakter terberkati Nabi Muhammad (ﷺ) dalam hal pilihan dan preferensi. Teks ini menunjukkan bahwa ketika dihadapkan pada dua pilihan yang diizinkan, Rasulullah secara konsisten memilih jalan kemudahan dan fasilitas daripada kesulitan dan kesusahan.

Ungkapan Arab "lam yakhtur" menunjukkan bahwa ini adalah praktik yang konsisten, bukan kejadian sesekali. Metodologi Nabi mencerminkan prinsip dasar Islam untuk menghilangkan kesulitan dari Ummah, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Dia tidak menjadikan dalam agama ini kesulitan apa pun bagimu" (Surah al-Hajj, 78).

Komentar Ulama

Imam al-Nawawi, dalam komentarnya tentang Sahih Muslim, menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan prinsip memilih kemudahan dalam urusan duniawi dan ibadah yang bersifat opsional. Namun, ini hanya berlaku ketika kedua pilihan itu halal dan berbudi luhur.

Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa penghindaran Nabi terhadap dosa adalah mutlak - dia adalah yang paling jauh darinya di antara semua orang. Ini menunjukkan keseimbangan sempurna dalam karakter Nabi: kemudahan dalam hal-hal yang diizinkan, tetapi kepatuhan ketat pada kebenaran ketika dosa terlibat.

Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa umat Islam harus mengadopsi fasilitasi dalam urusan dan ibadah mereka, mengikuti Sunnah memilih jalan yang lebih mudah ketika tidak ada larangan agama yang terlibat. Ini mencerminkan rahmat dan kepraktisan ajaran Islam.

Aplikasi Praktis

Ajaran ini memandu umat Islam untuk menghindari kesulitan dan kompleksitas yang tidak perlu dalam urusan agama dan duniawi mereka. Ini mendorong pendekatan seimbang terhadap kehidupan, menghindari baik asketisme ekstrem maupun kesenangan yang tidak sah.

Hadis ini juga mengajarkan kita untuk membedakan antara masalah preferensi pribadi dan masalah kewajiban agama. Dalam pilihan yang diizinkan, kemudahan direkomendasikan; dalam masalah dosa, penghindaran mutlak diperlukan.

Semoga Allah memberikan kita kemampuan untuk mengikuti Sunnah Rasul-Nya dalam memilih kemudahan di mana diizinkan dan menghindari dosa di mana dilarang. Dan Allah Maha Mengetahui.