Ketika seorang Yahudi menjual barang, dia diberi sesuatu yang tidak dia terima atau dia tidak setuju (untuk menerima) bahwa 'Abdul 'Azlz (salah satu perawi) meragukan hal itu. Dia (orang Yahudi) berkata: Demi Allah, yang memilih Musa (saw) di antara umat manusia. Seseorang dari Ansar mendengarnya dan memukul wajahnya dengan berkata: (Kamu memiliki keberanian) untuk berkata: Demi Dia yang memilih Musa di antara umat manusia, sedangkan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) tinggal di antara kita. Orang Yahudi itu pergi kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata: "Abu'l-Qasim, aku seorang Dhimmi dan (dengan demikian membutuhkan perlindunganmu) dengan perjanjian, dan menambahkan: Orang ini dan itu telah memberikan pukulan di wajahku. Kemudian Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Mengapa kamu memukul wajahnya? Dia berkata: Rasulullah, orang ini berkata: Demi Dia yang memilih Musa (saw) di antara umat manusia, sedangkan kamu hidup di antara kami. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjadi marah dan tanda-tanda kemarahan dapat dilihat di wajahnya, dan kemudian berkata: Jangan membedakan di antara para Nabi Allah. Ketika tanduk itu akan ditiup dan apa pun yang ada di langit dan bumi akan pingsan tetapi dia yang Allah berikan pengecualian, maka tanduk lain akan ditiup dan aku akan menjadi yang pertama di antara mereka yang akan pulih dan Musa (saw) akan memegang takhta dan aku tidak tahu apakah itu adalah kompensasi untuk itu ketika dia pingsan pada Hari Tur atau dia akan dibangkitkan di hadapanku dan aku tidak mengatakan bahwa ada yang lebih baik daripada Yunus bin Matta (damai sejahtera atasnya).
Kitab Keutamaan - Sahih Muslim 2373a
Narasi dari Sahih Muslim ini mengandung pelajaran mendalam mengenai status para nabi dan perilaku yang tepat terhadap Ahli Kitab di bawah perlindungan Islam.
Analisis Kontekstual
Insiden ini melibatkan seorang pedagang Yahudi yang bersumpah dengan "Allah Yang memilih Musa di antara umat manusia" selama transaksi bisnis. Seorang Muslim Ansar, salah paham tentang sifat eksklusif sumpah ini, memukul orang Yahudi karena tidak menyebutkan Nabi Muhammad (ﷺ) sementara dia hadir di antara mereka.
Orang Yahudi tersebut dengan benar mencari keadilan dari Nabi (ﷺ) sebagai dhimmi (warga non-Muslim yang dilindungi) yang hak-haknya dilanggar.
Tanggapan Kenabian dan Prinsip Teologis
Kemarahan Nabi (ﷺ) diarahkan bukan pada orang Yahudi tetapi pada Muslim yang memukulnya. Pernyataannya "Jangan membuat perbedaan di antara Para Nabi Allah" menetapkan prinsip Islam fundamental untuk menghormati semua nabi secara setara.
Nabi (ﷺ) menjelaskan bahwa meskipun para nabi memiliki tingkatan yang berbeda di hadapan Allah, Muslim tidak boleh menciptakan perpecahan atau menunjukkan preferensi dengan cara yang mengarah pada ketidak hormatan terhadap nabi mana pun.
Wawasan Eskatologis
Deskripsi Nabi tentang Sangkakala yang ditiup dua kali memberikan pengetahuan eskatologis yang mendalam. Pernyataannya bahwa dia akan menjadi "yang pertama di antara mereka yang akan pulih" menunjukkan status khususnya sebagai Nabi Terakhir.
Penyebutan Musa memegang Singgasana dan ketidakpastian mengenai apakah ini mengkompensasi pingsannya di Gunung Tur menunjukkan kejujuran Nabi yang teliti dalam melaporkan apa yang dia ketahui dengan pasti versus apa yang mengandung beberapa ambiguitas.
Implikasi Hukum dan Etika
Hadis ini menetapkan ketidakbolehan pelanggaran terhadap dhimmi dan hak mereka untuk perlindungan di bawah hukum Islam. Tindakan Muslim tersebut merupakan pelanggaran terhadap perjanjian perlindungan dan campur tangan yang tidak perlu dalam ekspresi keagamaan Ahli Kitab.
Insiden ini mengajarkan bahwa meskipun Muslim percaya pada finalitas pesan Nabi Muhammad (ﷺ), hal ini tidak membenarkan ketidak hormatan terhadap nabi lain atau pengikut mereka ketika mereka mengekspresikan keyakinan yang sah.