Oleh Dia yang memilih Muhammad (صلى الله عليه وسلم) di dunia. Dan orang Yahudi berkata: Demi Dia yang memilih Musa di dunia. Setelah itu Muslim itu mengangkat tangannya dan menampar wajah orang Yahudi itu. Orang Yahudi itu mendatangi Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan memberitahunya tentang perselingkuhannya dan perselingkuhan Muslim. Setelah itu Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Jangan jadikan aku lebih tinggi dari Musa karena umat manusia akan pingsan dan aku akan menjadi orang pertama yang pulih darinya dan Musa pada saat itu akan merebut sisi Takhta dan aku tidak tahu (apakah) dia akan pingsan dan akan pulih sebelum aku atau Allah akan membuat pengecualian baginya.
Kitab Keutamaan - Sahih Muslim 2373 c
Riwayat dari Sahih Muslim ini menyajikan pelajaran mendalam tentang kerendahan hati dan perilaku yang benar terkait Nabi-nabi Allah. Insiden ini dimulai dengan seorang Muslim dan seorang Yahudi masing-masing bersumpah dengan nabi mereka masing-masing dengan cara yang dapat menimbulkan persaingan.
Larangan Berlebihan
Tindakan Muslim yang menampar orang Yahudi menunjukkan bahaya semangat berlebihan dalam membela kehormatan Nabi Muhammad (ﷺ) tanpa pengetahuan yang benar. Pembalasan fisik seperti itu dilarang dalam Islam ketika tidak ada bahaya atau penghinaan nyata terhadap agama yang terjadi.
Pernyataan orang Yahudi "Demi Dia Yang memilih Musa di alam semesta" merupakan sumpah yang sah yang mengakui Musa sebagai nabi yang dipilih, bukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad (ﷺ).
Kerendahan Hati Nabi yang Teladan
Utusan Allah (ﷺ) segera memperbaiki perilaku Muslim tersebut dan menunjukkan kerendahan hati yang tertinggi dengan menolak untuk ditinggikan di atas Musa. Ini mengajarkan kita bahwa semua nabi adalah saudara dalam kenabian, masing-masing dipilih untuk misi khusus mereka.
Pernyataannya "Jangan jadikan aku lebih unggul dari Musa" menetapkan prinsip bahwa Muslim harus menghormati semua nabi secara setara tanpa membuat perbedaan dalam status fundamental mereka sebagai utusan Allah.
Konteks Hari Kebangkitan
Deskripsi Nabi tentang Hari Kebangkitan, di mana orang-orang akan pingsan dan dia akan menjadi yang pertama pulih, sementara Musa akan memegang Singgasana, mengandung hikmah yang mendalam.
Ini menggambarkan bahwa nabi yang berbeda memiliki perbedaan dan kehormatan yang diberikan oleh Allah, dan kita tidak boleh berspekulasi tentang hal-hal di luar pengetahuan kita. Ketidakpastian Nabi tentang apakah Musa akan pingsan atau dikecualikan mengajarkan kita untuk berbicara hanya tentang apa yang kita ketahui dengan pasti.
Implikasi Hukum dan Moral
Hadis ini menetapkan bahwa menyerang seseorang secara fisik karena mengungkapkan rasa hormat yang sah terhadap nabi mereka sendiri dilarang. Ini juga melarang Muslim memulai konflik atas masalah kehormatan komparatif antara nabi.
Perilaku Islam yang benar adalah mengakui keunggulan semua nabi sambil memahami bahwa setiap Muslim harus percaya Nabi Muhammad (ﷺ) adalah nabi terakhir dan pemandu kita, tanpa merendahkan nabi lain.