حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ، قَالَ هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ يَغْتَسِلُونَ عُرَاةً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى سَوْأَةِ بَعْضٍ وَكَانَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ فَقَالُوا وَاللَّهِ مَا يَمْنَعُ مُوسَى أَنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إِلاَّ أَنَّهُ آدَرُ ‏.‏ قَالَ فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِهِ - قَالَ - فَجَمَحَ مُوسَى بِأَثَرِهِ يَقُولُ ثَوْبِي حَجَرُ ثَوْبِي حَجَرُ ‏.‏ حَتَّى نَظَرَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِلَى سَوْأَةِ مُوسَى فَقَالُوا وَاللَّهِ مَا بِمُوسَى مِنْ بَأْسٍ ‏.‏ فَقَامَ الْحَجَرُ بَعْدُ حَتَّى نُظِرَ إِلَيْهِ - قَالَ - فَأَخَذَ ثَوْبَهُ فَطَفِقَ بِالْحَجَرِ ضَرْبًا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاللَّهِ إِنَّهُ بِالْحَجَرِ نَدَبٌ سِتَّةٌ أَوْ سَبْعَةٌ ضَرْبُ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِالْحَجَرِ ‏.‏
Terjemahan
Abu Sa'id Kudari melaporkan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) memiliki, mengatakan ini

Jangan membuat perbedaan di antara para Rasul. Hadis ini telah diriwayatkan melalui rantai pemancar lain juga.

Comment

Komentar tentang "Kitab Kebajikan" dari Sahih Muslim

Referensi Hadis: Sahih Muslim 2374 b

Perintah untuk tidak membuat perbedaan di antara para Rasul mewakili prinsip dasar akidah Islam. Para ulama menjelaskan bahwa larangan ini mengacu pada penolakan terhadap segala pembedaan dalam kenabian dan kebenaran esensial mereka, meskipun perbedaan dalam pangkat dan kebajikan khusus diakui sebagaimana ditetapkan dalam teks-teks otentik lainnya. Hadis ini menekankan kewajiban untuk percaya pada semua nabi secara setara tanpa menyangkal satu pun, sambil mengakui bahwa beberapa utusan memiliki status yang lebih tinggi berdasarkan penunjukan ilahi.

Transmisi melalui banyak rantai (turuq) memperkuat keaslian dan menunjukkan perawatan dengan mana para Sahabat melestarikan ajaran ini. Komentator klasik mencatat bahwa prinsip ini melindungi dari kesalahan komunitas sebelumnya yang menerima beberapa nabi sambil menolak yang lain, memastikan integritas kepercayaan Islam dalam wahyu ilahi di semua zaman bimbingan manusia.