Aku mendengar al-Bara' berkata: Kami berdoa bersama Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (dengan wajah kami) ke arah Bait-ul-Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan. Kemudian kami diminta untuk mengubah (arah kami) ke arah Ka'bah.
Kitab Masjid dan Tempat Shalat - Sahih Muslim 525 b
Saya mendengar al-Bara' berkata: Kami shalat bersama Rasulullah (ﷺ) (dengan wajah) menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan. Kemudian kami diperintahkan untuk mengubah (arah) kami ke arah Ka'bah.
Konteks Sejarah dan Hikmah Ilahi
Hadis ini dari Sahih Muslim mendokumentasikan transisi kiblat dari Bayt al-Maqdis (Yerusalem) ke Masjidil Haram di Mekah. Periode enam belas atau tujuh belas bulan sesuai dengan periode Madinah awal, menunjukkan legislasi Allah yang bertahap.
Arah awal menuju Yerusalem melayani tujuan penting: mempertahankan koneksi dengan nabi-nabi sebelumnya, membedakan Muslim dari Arab pagan yang menghadap Ka'bah, dan menguji ketaatan orang beriman kepada perintah ilahi terlepas dari kecenderungan pribadi.
Signifikansi Hukum dan Spiritual
Perubahan kiblat menetapkan identitas yang berbeda bagi umat Muslim dan menegaskan fondasi Abrahamik Islam. Ka'bah, dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya Ismail, mewakili tempat suci monoteistik asli.
Para ulama mencatat bahwa insiden ini menggambarkan prinsip abrogasi (naskh) dalam hukum Islam, di mana wahyu kemudian menggantikan yang sebelumnya ketika hikmah menghendaki. Waktunya juga bertepatan dengan kritik Yahudi terhadap mengikuti kiblat mereka, setelah itu Allah memberikan Muslim arah shalat yang berbeda sendiri.
Pelajaran dalam Ketaatan
Kepatuhan segera Sahabat terhadap perintah baru, meskipun praktik mereka yang telah lama mapan, mencontohkan penyerahan sempurna kepada kehendak ilahi. Ini mengajarkan Muslim bahwa peraturan agama tunduk pada hikmah ilahi daripada preferensi manusia.
Pencatatan durasi yang tepat menunjukkan pelestarian sejarah Islam yang teliti dan pentingnya memverifikasi narasi melalui rantai transmisi yang dapat diandalkan.