Ketika orang-orang sedang shalat di Quba', seorang pria datang kepada mereka dan berkata: Telah diturunkan kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) pada malam hari dan dia telah diarahkan untuk berpaling ke arah Ka'bah. Jadi berpalinglah ke arahnya. Wajah mereka menghadap ke Suriah dan mereka berbalik ke arah Ka'bah.
Kitab Masjid dan Tempat Shalat - Sahih Muslim 526a
Narasi ini dari Sahih Muslim menceritakan momen penting ketika arah Kiblat diubah dari Yerusalem (Bait al-Maqdis) ke Masjidil Haram di Mekah (Ka'bah) selama shalat di masjid Quba'.
Konteks dan Signifikansi Historis
Arah shalat awal menuju Yerusalem ditetapkan untuk membedakan Muslim dari kaum musyrik Mekah yang menghadap Ka'bah dalam penyembahan berhala mereka. Perubahan ini terjadi sekitar enam belas atau tujuh belas bulan setelah Hijrah, menandai transisi penting dalam identitas Islam.
Pergeseran ke menghadap Ka'bah menetapkannya sebagai pusat spiritual bagi Umat Muslim, menghormatinya sebagai rumah ibadah pertama yang didedikasikan untuk Tuhan Yang Esa, awalnya dibangun oleh Nabi Ibrahim (Abraham) dan putranya Ismail (Ishmael), semoga kedamaian menyertai mereka.
Komentar Ilmiah tentang Insiden Ini
Para ulama mencatat bahwa Sahabat di Quba' sedang dalam pertengahan shalat Fajr (subuh) ketika wahyu datang. Menunjukkan ketaatan segera kepada perintah Allah, mereka berbalik dalam shalat menuju Ka'bah sementara masih dalam keadaan shalat, sebuah bukti iman dan ketundukan mereka yang mendalam.
Peristiwa ini menggambarkan prinsip mengikuti wahyu ilahi tanpa ragu-ragu. Masjid tempat ini terjadi menjadi dikenal sebagai "Masjid al-Qiblatayn" (Masjid Dua Kiblat), memperingati momen penting dalam sejarah Islam ini.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Insiden ini menetapkan Kiblat permanen bagi semua Muslim di seluruh dunia untuk selamanya. Ka'bah berfungsi sebagai titik fokus pemersatu, melambangkan persatuan Umat Muslim dalam ibadah dan arah.
Hikmah di balik perubahan ini termasuk membedakan komunitas Muslim sebagai bangsa independen dengan pusat spiritualnya sendiri, menyempurnakan nikmat atas orang-orang beriman, dan memenuhi doa Nabi Ibrahim untuk sebuah komunitas yang muncul dari keturunannya.