حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا حَتَّى نَزَلَتِ الآيَةُ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ ‏{‏ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ‏}‏ فَنَزَلَتْ بَعْدَ مَا صَلَّى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَانْطَلَقَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فَمَرَّ بِنَاسٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُمْ يُصَلُّونَ فَحَدَّثَهُمْ فَوَلَّوْا وُجُوهَهُمْ قِبَلَ الْبَيْتِ ‏.‏
Terjemahan
Anas melaporkan

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa berdoa kepada Bait-ul-Maqdis, agar diturunkan (kepadanya): "Sesungguhnya Kami melihat muka menghadap ke surga, oleh karena itu Kami pasti akan membuatmu berpaling ke kiblat yang akan menyenangkan engkau. Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjid suci (Ka'bah)" (ii. 144). Seseorang dari Bani Salama sedang pergi; (Dia menemukan orang-orang) di ruk'u (sedang) shalat subuh dan mereka telah mengucapkan satu rakaat. Dia berkata dengan suara keras: Dengarkan! kiblat telah diubah dan mereka berpaling ke kiblat (Ka'bah) (baru) dalam keadaan itu.

Comment

Kitab Masjid dan Tempat Shalat - Sahih Muslim 527

Narasi ini dari Sahih Muslim merinci momen penting ketika arah Kiblat diubah dari Bayt al-Maqdis (Yerusalem) ke Masjidil Haram di Makkah berdasarkan perintah ilahi.

Wahyu Ilahi dan Perubahan Kiblat

Seringnya Nabi menengadahkan pandangan ke langit menunjukkan keinginan tulusnya untuk Kiblat yang secara khusus ditetapkan untuk Ummatnya. Allah menjawab kerinduan tak terucap ini dengan mewahyukan perintah untuk menghadap Ka'bah, rumah kuno yang dibangun oleh Ibrahim dan Ismail.

Pergeseran ini menandai perbedaan penting bagi komunitas Muslim, memisahkan mereka dari Ahli Kitab sambil menjalin kembali hubungan dengan monoteisme murni Ibrahim.

Implementasi Segera dalam Shalat

Insiden dengan Banu Salama menunjukkan ketaatan segera para Sahabat terhadap perintah ilahi. Meskipun sedang dalam shalat Subuh, mereka menyesuaikan arah tanpa ragu-ragu.

Ini menggambarkan prinsip bahwa ketika wahyu baru tiba selama shalat, umat Islam harus menerapkannya segera, bahkan jika itu memerlukan perubahan orientasi fisik selama shalat itu sendiri.

Keputusan Hukum yang Diambil

Para ulama menyimpulkan dari hadis ini bahwa jika seseorang yang sedang shalat menyadari mereka menghadap arah yang salah, mereka harus segera berbalik ke Kiblat yang benar, dan shalat mereka tetap sah.

Insiden ini juga menunjukkan kebolehan berbicara selama shalat ketika diperlukan untuk menyampaikan informasi agama penting yang memengaruhi keabsahan shalat.

Signifikansi Spiritual

Perubahan Kiblat mewakili rahmat Allah dalam memberikan Ummat Muslim arah ibadahnya sendiri yang berbeda, memenuhi keinginan batin Nabi dan menetapkan kemandirian penuh dalam praktik agama.