Orang-orang miskin di antara para emigran datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata: Pemilik kekayaan besar telah memperoleh pangkat tertinggi dan kebahagiaan abadi. Dia (Nabi Suci) berkata: Bagaimana itu? Mereka berkata: Mereka berdoa seperti kita berdoa, dan mereka berpuasa seperti kita berpuasa, dan mereka memberi sedekah tetapi kita tidak bersedekah, dan mereka membebaskan budak tetapi kita tidak membebaskan budak. Atas hal ini Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: "Tidakkah aku akan mengajarkan kepadamu sesuatu yang dengannya kamu akan menangkap orang-orang yang telah mendahuluimu, dan mendahului orang-orang yang datang setelahmu, hanya mereka yang melakukan seperti yang kamu lakukan yang lebih baik darimu? Mereka berkata: Ya, Rasulullah. Dia (Nabi Suci) berkata: Puji Allah, nyatakanlah Kebesaran-Nya, dan Pujilah Dia tiga puluh tiga kali setelah setiap shalat. Abu Salih berkata: Orang-orang miskin di antara para pendatang kembali kepada Rasulullah radhiyallahu 'radhiyallahu 'radhi wa sallam berkata: Saudara-saudara kami, para pemilik harta telah mendengar apa yang telah kami lakukan dan mereka melakukan hal yang sama. Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Inilah rahmat Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Sumayy melaporkan: Saya menyebutkan hadis ini kepada beberapa anggota keluarga saya (dan salah satu dari mereka) berkata: Anda telah lupa; dia (Nabi Suci) telah berkata (seperti ini): "Puji Allah tiga puluh tiga kali, puji Allah tiga puluh tiga kali dan nyatakanlah Kebesaran-Nya tiga puluh tiga kali." Ibnu 'Ajlan berkata: Aku menyebutkan hadis ini kepada Raja' b. Haiwa dan dia meriwayatkan kepadaku hadits seperti ini dari Abu Salih dari Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) atas kewenangan Abu Huraira.
Kitab Masjid dan Tempat Shalat - Sahih Muslim 595a
Narasi ini dari Sahih Muslim membahas kekhawatiran spiritual para Sahabat miskin yang merasa tidak dapat menandingi orang kaya dalam amal sedekah dan pembebasan budak. Nabi Muhammad (ﷺ), dalam kebijaksanaan ilahinya, memberikan mereka praktik ibadah yang sederhana namun mendalam untuk mencapai keunggulan spiritual.
Komentar Ilmiah tentang Hadis
Kesusahan awal para muhajirin miskin berasal dari ketidakmampuan mereka untuk melakukan ibadah material yang membawa pahala besar. Tanggapan Nabi menunjukkan bahwa kedudukan spiritual tidak hanya bergantung pada kekayaan, tetapi pada keikhlasan dan konsistensi dalam mengingat Allah.
Dzikir yang ditetapkan - tiga puluh tiga pengulangan masing-masing "Subhanallah" (Maha Suci Allah), "Alhamdulillah" (Segala puji bagi Allah), dan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) - berfungsi sebagai penyeimbang dalam pahala spiritual. Praktik ini, dilakukan setelah setiap shalat wajib, memungkinkan setiap Muslim, terlepas dari status ekonomi, untuk mengumpulkan pahala yang melimpah.
Klarifikasi mengenai rumusan tepat dzikir (seperti yang disebutkan oleh Sumayy) menunjukkan ketelitian para Sahabat dalam melestarikan kata-kata persis Nabi. Pernyataan akhir "Ini adalah Karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki" menekankan bahwa peluang spiritual diberikan secara ilahi dan dapat diakses oleh semua orang beriman.
Implementasi Praktis
Hadis ini menetapkan sunnah untuk membaca dzikir-dzikir spesifik ini setelah shalat wajib. Praktik lengkapnya berjumlah sembilan puluh sembilan dzikir, dengan banyak ulama merekomendasikan menambahkan "La ilaha illallah" untuk melengkapi seratus.
Hikmah di balik praktik ini terletak pada sifatnya yang komprehensif: "Subhanallah" menyucikan Allah dari segala ketidaksempurnaan, "Alhamdulillah" mengakui semua berkah berasal dari-Nya, dan "Allahu Akbar" menegaskan keagungan-Nya yang tertinggi. Bersama-sama, mereka mencakup aspek-aspek fundamental pengenalan ilahi.