حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنْ أَبِي عَمَّارٍ، - اسْمُهُ شَدَّادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ - عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ ‏"‏ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الاِسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ‏.‏
Terjemahan
Abu Huraira meriwayatkan dari Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bahwa mereka (orang miskin di antara para pendatang) berkata

Rasulullah, para pemilik kekayaan besar telah memperoleh pangkat tertinggi dan kebahagiaan abadi, dan sisa hadis sama dengan yang disampaikan oleh Qutaiba atas otoritas Laith kecuali bahwa dia memasukkan kata-kata Abu Salih dalam riwayat Abu Huraira bahwa" orang miskin dari para pendatang kembali, " sampai akhir hadits, tetapi penambahan ini dibuat bahwa Suhail berkata (bahwa setiap bagian dari permohonan, yaitu Pemuliaan Allah, Pujian-Nya dan pernyataan Kebesaran-Nya) harus diucapkan sebelas kali sehingga totalnya menjadi tiga puluh tiga.

Comment

Komentar Hadis: Keutamaan Zikir di Masjid

Riwayat ini dari Sahih Muslim 595 b menggambarkan bagaimana para Sahabat mendatangi Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) mengenai keunggulan spiritual yang tampak dari Muslim kaya yang dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk ibadah karena keamanan finansial mereka. Para emigran miskin (Muhajirin) menyatakan kekhawatiran bahwa kebutuhan mereka untuk bekerja mencari nafkah menghalangi mereka mencapai tingkat zikir dan doa yang konstan yang sama.

Solusi Kenabian: Ibadah yang Terjangkau

Nabi (semoga damai besertanya), dalam kebijaksanaan ilahinya, tidak memerintahkan mereka untuk meninggalkan mata pencaharian. Sebaliknya, ia menetapkan bentuk zikir yang ringkas namun sangat bermanfaat untuk dibaca setelah setiap shalat wajib: memuliakan Allah (Subhanallah), memuji-Nya (Alhamdulillah), dan menyatakan kebesaran-Nya (Allahu Akbar).

Instruksi spesifik yang disebutkan oleh Suhail—untuk mengulangi setiap frasa sebelas kali—berjumlah tiga puluh tiga bacaan. Ini menunjukkan fleksibilitas dan rahmat Syariah, menyediakan praktik spiritual yang substansial yang layak bagi setiap Muslim, terlepas dari status sosial atau ekonomi mereka.

Wawasan Ilmiah dari "Kitab Masjid dan Tempat Shalat"

Komentator klasik menekankan bahwa hadis ini menggarisbawahi nilai besar dari zikir yang konsisten, terutama di masjid setelah shalat wajib. Peringkat spiritual dan "kebahagiaan abadi" bukanlah domain eksklusif orang kaya tetapi dapat diakses melalui zikir kepada Allah yang tulus dan konsisten.

Kebijaksanaan di balik penentuan frasa-frasa ini terletak pada sifatnya yang komprehensif: Tasbih (pemuliaan) meniadakan segala ketidaksempurnaan dari Allah, Tahmid (pujian) mengakui semua berkah berasal dari-Nya, dan Takbir (penyataan kebesaran) menegaskan keagungan-Nya yang tertinggi atas semua ciptaan. Mengulanginya secara kolektif mencakup makna inti dari Tauhid.

Aplikasi Praktis & Keadilan Spiritual

Ajaran ini menetapkan prinsip keadilan spiritual dalam komunitas Muslim. Ini menutup kesenjangan yang dirasakan antara kelas sosial yang berbeda dengan menyediakan sarana bagi setiap orang beriman untuk mengumpulkan pahala besar tanpa mengabaikan tanggung jawab duniawi mereka.

Praktik membaca zikir-zikir ini tiga puluh tiga kali setelah setiap shalat telah menjadi Sunnah yang mapan, menyatukan Ummah dalam tindakan ibadah bersama yang melampaui semua pembagian temporal dan membawa orang beriman lebih dekat ke "kebahagiaan abadi" yang disebutkan dalam hadis.