Kami duduk bersama Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bahwa dia melihat bulan purnama dan mengamati: Kamu akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat bulan ini, dan kamu tidak akan dirugikan dengan melihat Dia. Jadi jika Anda bisa, jangan biarkan diri Anda dikuasai jika shalat diamati sebelum matahari terbit dan terbenamnya, yaitu shalat 'Ashar dan shalat subuh. Jarir kemudian membacanya: "Rayakan pujian Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam" (xx. 130).
Teks dan Konteks Hadis
Riwayat ini dari Sahih Muslim 633a menggambarkan momen mendalam di mana Nabi Muhammad (ﷺ) menggunakan bulan purnama yang terlihat sebagai analogi nyata untuk penglihatan langsung umat beriman terhadap Allah di Akhirat, menekankan bahwa penglihatan ini akan jelas dan tanpa bahaya apa pun.
Komentar Ulama tentang Penglihatan Allah
Para ulama menjelaskan bahwa melihat Allah adalah keyakinan inti dari Ahl al-Sunnah wal-Jama'ah, sebuah berkah tertinggi yang disediakan untuk penghuni Surga. Penglihatan ini bukanlah pemahaman atau meliputi Esensi-Nya, yang mustahil, tetapi penglihatan sejati tanpa mengetahui 'bagaimana'—mengukuhkan realitas atribut penglihatan yang sesuai dengan Keagungan-Nya.
Perbandingan dengan bulan menandakan kejelasan dan kepastian penglihatan, bukan caranya. Mata manusia melihat bulan dengan jelas tanpa dirugikan, dan serupa, umat beriman akan melihat Tuhan mereka dengan cara yang Allah buat mungkin, tanpa kerugian apa pun, sebuah realitas di luar persepsi duniawi kita saat ini.
Hubungan dengan Sholat Wajib
Nabi (ﷺ) segera menghubungkan janji besar Akhirat ini dengan ketekunan dalam melaksanakan sholat Fajr (subuh) dan 'Asr (ashar). Kedua sholat ini secara khusus disoroti karena tantangan dalam melaksanakannya pada waktunya—Fajr terjadi ketika orang tidur nyenyak, dan 'Asr terjadi di bagian tersibuk hari.
Instruksi "jangan biarkan diri kalian dikalahkan" berarti seseorang harus menjaga sholat-sholat ini dengan tekun dan tidak lalai atau dikalahkan oleh urusan duniawi, tidur, atau kemalasan. Perlindungan mereka adalah tanda iman dan sarana untuk mencapai pahala tertinggi, yaitu penglihatan Allah.
Tafsir Ayat Al-Qur'an
Sahabat Jarir ibn 'Abdullah (ra) segera membacakan ayat, "Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya," (Qur'an 20:130) menunjukkan keselarasan sempurna antara Al-Qur'an dan Sunnah. "Pujian" di sini merujuk pada sholat wajib. "Sebelum terbit" merujuk pada sholat Fajr, dan "sebelum terbenam" merujuk pada sholat 'Asr.
Hadis ini, yang ditemukan dalam Kitab Masjid dan Tempat Sholat, dengan demikian menghubungkan keyakinan eskatologis dengan ibadah praktis secara kuat, menunjukkan bahwa kepastian Akhirat harus langsung diterjemahkan menjadi komitmen tak tergoyahkan terhadap tindakan ketaatan paling mendasar dalam kehidupan ini.