Ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) diperintahkan untuk memberikan pilihan kepada istri-istrinya, dia memulainya dari saya dengan mengatakan: Saya akan menyebutkan kepada Anda suatu hal yang tidak boleh Anda (putuskan) dengan tergesa-gesa sampai Anda berkonsultasi dengan orang tua Anda. Dia berkata bahwa dia sudah tahu bahwa orang tua saya tidak akan pernah mengizinkan saya untuk mencari perpisahan darinya Dia berkata: Kemudian dia berkata: Allah Yang Maha Mulia dan Maha Mulia berfirman: Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya, maka datanglah, Aku akan memberimu persediaan dan mengizinkan kamu untuk pergi dengan baik; dan jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan tempat tinggal akhirat, maka Allah telah menyiapkan bagi orang-orang yang berbuat baik di antara kamu pahala yang besar Dia dilaporkan telah berfirman: Tentang apa yang harus aku konsultasikan dengan orang tuaku, karena aku menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan tempat tinggal akhirat? Dia ('Aisyah) berkata: Kemudian semua istri Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) melakukan apa yang telah aku lakukan.
Kitab Perceraian - Sahih Muslim 1475
Narasi ini dari 'A'isyah (semoga Allah meridainya) menggambarkan momen mendalam ketika Nabi Muhammad (ﷺ) menawarkan kepada istri-istrinya pilihan antara tetap dalam pernikahan dengannya atau mencari persediaan duniawi dan pergi. Konteks ini mengungkapkan karakter Nabi yang sempurna dan kebijaksanaan dalam pendekatannya terhadap masalah yang sensitif ini.
Komentar Ilmiah tentang Hadis
Instruksi Nabi untuk berkonsultasi dengan orang tua menunjukkan penekanan Islam pada nasihat keluarga dalam keputusan penting, terutama bagi perempuan. Pengetahuannya bahwa orang tua 'A'isyah tidak akan pernah menasihati perpisahan menunjukkan pemahamannya yang mendalam tentang sifat manusia dan dinamika keluarga.
Ayat Al-Quran yang disajikan (Surah Al-Ahzab, 33:28-29) menetapkan dua jalan yang jelas: kenyamanan duniawi atau komitmen spiritual kepada Allah dan Rasul-Nya. Pilihan ini mencerminkan prinsip Islam mendasar bahwa orang beriman harus memprioritaskan pahala abadi di atas kesenangan duniawi sementara.
Tanggapan langsung 'A'isyah, menolak kebutuhan konsultasi karena pilihannya sudah jelas, mencontohkan tingkat iman dan komitmen tertinggi kepada Nabi dan prinsip-prinsip Islam. Pernyataannya menjadi standar bagi semua Ibu Orang-Orang Beriman.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Insiden ini menetapkan kebolehan menawarkan istri pilihan dalam kelanjutan pernikahan ketika keadaan berubah. "Perpisahan yang baik" yang disebutkan memastikan hak-hak perempuan dilindungi bahkan dalam perpisahan.
Tanggapan kolektif semua istri Nabi menekankan pentingnya persaudaraan dalam iman dan kekuatan teladan positif dalam komunitas agama. Pilihan mereka yang bersatu untuk Allah dan Rasul-Nya berfungsi sebagai pelajaran abadi dalam memprioritaskan komitmen spiritual di atas kenyamanan materi.