"Engkau boleh menanggalkan siapa yang engkau sukai dari mereka, dan mengambil bagimu siapa yang engkau sukai" (xxxiii. 5). Mu'adha berkata kepadanya: Apa yang engkau katakan kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) ketika dia meminta izinmu? Dia berkata: Saya biasa berkata: Jika ada pilihan dalam hal ini, saya tidak akan (mengizinkan siapa pun) untuk didahulukan daripada saya.
Kitab Perceraian - Sahih Muslim 1476a
Riwayat ini dari 'A'isyah (semoga Allah meridhainya) berkaitan dengan ayat: "Kamu boleh menangguhkan siapa yang kamu kehendaki dari mereka, dan mengambil untukmu siapa yang kamu kehendaki" (Qur'an 33:51). Ayat ini memberikan Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) hak-hak perkawinan khusus yang tidak diberikan kepada orang beriman lainnya.
Tafsir Ayat
Izin ilahi memungkinkan Nabi untuk menunda gilirannya dengan salah satu istrinya atau melanjutkan hidup bersama dengan siapa pun tanpa mengikuti urutan giliran yang ketat yang harus dipatuhi oleh Muslim lainnya. Ini adalah dispensasi unik untuk Utusan Allah.
Analisis Tanggapan 'A'isyah
Ketika Mu'adza bertanya apa yang dikatakan 'A'isyah ketika Nabi meminta izin mengenai hal ini, dia menjawab: "Jika aku memiliki pilihan dalam hal ini, aku tidak akan mengizinkan siapa pun mendahuluiku." Ini menunjukkan cinta 'A'isyah yang mendalam kepada Nabi dan keinginannya untuk memaksimalkan waktunya bersamanya, sementara secara bersamaan menunjukkan ketundukannya yang sepenuhnya kepada ketetapan Allah.
Komentar Ulama
Ulama klasik menjelaskan bahwa riwayat ini menunjukkan hikmah di balik keputusan khusus ini - hal ini mengakomodasi keadaan dan tanggung jawab unik Nabi. Tanggapan 'A'isyah mencerminkan emosi manusiawi alami untuk ingin disukai, namun penerimaannya yang akhir menunjukkan ketaatan sempurna para sahabat kepada perintah ilahi.
Hadis ini juga menggambarkan status tinggi rumah tangga Nabi dan peraturan khusus yang berlaku secara eksklusif bagi mereka, yang diterima oleh Muslim tanpa mempertanyakan hikmah Allah.