Allah Yang Maha Mulia berfirman: Aku hidup dalam pikiran hamba-Ku dan Aku bersamanya saat dia mengingat Aku. (Nabi Suci) lebih lanjut bersabda: Demi Allah, Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya daripada apa yang akan dilakukan oleh salah satu dari kamu ketika menemukan unta yang hilang di padang gurun yang tidak berair. Ketika dia mendekati-Ku dengan rentang tangannya. Aku mendekatinya dengan panjang hasta dan ketika dia mendekati-Ku dengan panjang satu hasta. Aku mendekatinya dengan panjang satu depa dan ketika dia mendekati-Ku berjalan, Aku mendekatinya dengan tergesa-gesa.
Kitab Taubat - Sahih Muslim 2675h
Hadis qudsi yang suci ini mengungkapkan rahmat ilahi yang mendalam yang menanti hamba yang bertobat. Allah Yang Maha Kuasa menyatakan kehadiran-Nya yang intim dengan mereka yang mengingat-Nya, membangun hubungan timbal balik di mana respons ilahi melampaui inisiatif manusia.
Kedekatan Ilahi Melalui Peringatan
"Aku hidup dalam pikiran hamba-Ku" menandakan kesadaran dan responsivitas Allah terhadap kesadaran manusia. Ketika hamba mengingat Allah dalam hati dan lidah, Allah mewujudkan kehadiran, berkah, dan perlindungan-Nya.
Dinamika spiritual beroperasi pada kemurahan ilahi: ketika hamba maju sejengkal melalui usaha, Allah mendekati sehasta melalui rahmat. Progresi ini menggambarkan bagaimana langkah-langkah kecil manusia menghasilkan respons ilahi yang diperbesar.
Kegembiraan Atas Taubat
Analogi pengembara gurun menemukan untanya yang hilang menunjukkan intensitas kesenangan ilahi. Sama seperti seseorang mengalami kelegaan yang luar biasa saat memulihkan kebutuhan pokok di tanah tandus, demikian pula Allah bersukacita atas kembalinya orang berdosa.
Perbandingan ini meningkatkan pemahaman manusia tentang belas kasih ilahi, menunjukkan bahwa kebahagiaan Allah atas taubat melampaui bahkan kegembiraan duniawi yang paling intens.
Pendekatan Bertahap dan Penerimaan Cepat
Pengukuran (sejengkal, sehasta, depa) melambangkan kedekatan spiritual yang meningkat. Saat hamba berkembang dari usaha minimal hingga berjalan yang tekun, respons Allah berakselerasi dari pendekatan terukur hingga pelukan yang terburu-buru.
Ini menunjukkan bahwa niat tulus, betapapun kecilnya, tidak pernah tidak dihargai, dan usaha yang konsisten menerima perhatian dan rahmat ilahi yang berlipat ganda.