Allah lebih berkenan dengan taubat hamba-Nya daripada jika salah satu dari kamu bangun dan dia menemukan untanya hilang di padang gurun yang tidak berair (dan kemudian dia secara tidak sengaja menemukannya). Hadis ini telah diriwayatkan atas kewibawaan Anas b. Malik melalui rantai pemancar lain.
Kitab Taubat - Sahih Muslim 2747 b, c
Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya daripada jika salah satu dari kalian bangun dan menemukan untanya hilang di padang pasir tanpa air (dan kemudian dia secara tidak sengaja menemukannya). Hadis ini telah diriwayatkan atas otoritas Anas b. Malik melalui rantai periwayat lain.
Komentar tentang Perumpamaan
Nabi ﷺ menggunakan analogi yang mendalam yang dapat dipahami oleh orang Arab yang tinggal di gurun. Unta yang hilang di padang gurun yang tandang mewakili kerugian total - tanpa transportasi, air, atau sarana bertahan hidup. Keputusasaan pemiliknya berubah menjadi kegembiraan yang tak terbayangkan saat menemukannya.
Kegembiraan Allah pada hamba yang bertobat melebihi kegembiraan duniawi ini. Ini menunjukkan besarnya rahmat ilahi - kebahagiaan Sang Pencipta atas kembalinya seorang hamba melampaui kelegaan duniawi terbesar.
Implikasi Teologis
Riwayat ini membantah gagasan tentang ketidakpedulian ilahi. Allah secara aktif menginginkan dan merayakan taubat manusia. Kesenangan-Nya tidak abstrak tetapi melebihi kegembiraan manusia yang nyata.
Rantai periwayatan ganda mengautentikasi pesan sambil menekankan sifat pentingnya. Taubat tidak hanya diterima tetapi dinantikan dengan penuh semangat oleh Yang Maha Pengasih.
Aplikasi Praktis
Orang beriman tidak boleh putus asa dari rahmat Allah. Betapapun berat dosanya, kesiapan ilahi untuk mengampuni melampaui pemahaman manusia. Ini mendorong taubat segera tanpa penundaan.
Analogi ini menginspirasi harapan: seperti pengembara gurun tidak pernah berhenti mencari untanya yang hilang, Allah tidak pernah berhenti menyambut hamba yang kembali.