Ada seratus (bagian) rahmat bagi Allah dan Dia telah menurunkan dari satu bagian rahmat ini ke atas jin dan manusia dan hewan dan serangga, dan karena itu (satu bagian) mereka saling mengasihi, menunjukkan kebaikan kepada satu sama lain dan bahkan binatang itu memperlakukan anak-anaknya dengan kasih sayang, dan Allah telah menyimpan sembilan puluh sembilan bagian rahmat yang dengannya Dia akan memperlakukan hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.
Teks Hadis
Ada seratus (bagian) rahmat bagi Allah dan Dia telah menurunkan dari ini satu bagian rahmat kepada jin, manusia, hewan, dan serangga, dan karena (satu bagian) ini mereka saling mencintai, saling berbuat baik, dan bahkan binatang memperlakukan anaknya dengan kasih sayang, dan Allah telah menyisihkan sembilan puluh sembilan bagian rahmat yang akan Dia peruntukkan bagi hamba-hamba-Nya pada Hari Kebangkitan.
Referensi: Sahih Muslim 2752 c
Komentar tentang Rahmat Ilahi
Hadis yang mendalam ini dari Kitab Taubat dalam Sahih Muslim mengungkapkan keluasan rahmat Allah. Pembagian numerik menjadi seratus bagian tidak boleh dipahami secara harfiah sebagai pembatasan atribut Allah, melainkan berfungsi sebagai alat pedagogis untuk membantu akal manusia memahami besarnya kasih sayang ilahi.
Satu bagian rahmat yang dibagikan dalam kehidupan duniawi ini mewujud sebagai belas kasih bawaan di antara semua makhluk - kasih sayang antara orang tua dan keturunan, kebaikan antara orang asing, dan bahkan naluri perlindungan pada hewan. Rahmat universal ini menopang ciptaan dan mencegah kekacauan dan kehancuran total.
Penyisihan sembilan puluh sembilan bagian untuk Hari Kebangkitan menunjukkan bahwa manifestasi tertinggi rahmat ilahi adalah eskatologis. Pada hari yang menakutkan itu ketika keadilan akan mutlak, rahmat Allah yang luar biasa akan menjadi perantara bagi orang beriman, meringankan timbangan pengadilan dan memberikan pengampunan di luar harapan manusia.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik menekankan bahwa hadis ini harus menginspirasi harapan dalam diri orang beriman. Jika hanya satu persen dari rahmat ilahi menghasilkan belas kasih yang begitu luas di dunia ini, maka manifestasi penuh rahmat di akhirat akan berada di luar pemahaman manusia.
Riwayat ini juga mengajarkan bahwa rahmat yang kita alami dan praktikkan dalam kehidupan duniawi ini hanyalah pantulan dari atribut ilahi. Ketika manusia menunjukkan rahmat satu sama lain dan kepada hewan, mereka berpartisipasi dan memantulkan kualitas Rahmaniyyah (rahmat universal) Allah.
Perbedaan antara rahmat duniawi dan akhirat mengingatkan orang beriman bahwa meskipun kita mendapat manfaat dari belas kasih ilahi di tempat tinggal sementara ini, rahmat tertinggi dan lengkap disisihkan untuk kehidupan abadi, di mana itu akan membawa kelegaan dan pahala tertinggi bagi orang yang setia.