Ada seseorang sebelum Anda yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan kemudian membuat pertanyaan tentang orang-orang terpelajar di dunia (yang dapat menunjukkan kepadanya jalan menuju keselamatan). Dia diarahkan ke seorang bhikkhu. Dia datang kepadanya dan mengatakan kepadanya bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan bertanya kepadanya apakah ada ruang untuk pertobatannya diterima. Dia berkata: Tidak. Dia juga membunuhnya dan dengan demikian menyelesaikan seratus. Dia kemudian bertanya tentang orang-orang terpelajar di bumi dan dia diarahkan kepada seorang sarjana, dan dia mengatakan kepadanya bahwa dia telah membunuh seratus orang dan bertanya kepadanya apakah ada ruang untuk pertobatannya diterima. Dia berkata: Ya; Apa yang menghalangi Anda dan pertobatan? Sebaiknya Anda pergi ke negeri ini dan itu; Ada orang-orang yang mengabdikan diri untuk berdoa dan beribadah dan kamu juga beribadah bersama mereka dan jangan datang ke negerimu karena itu adalah tanah yang jahat (bagimu). Jadi dia pergi dan dia hampir tidak menempuh setengah jarak ketika kematian datang kepadanya dan ada perselisihan antara malaikat belas kasihan dan malaikat hukuman. Para malaikat rahmat berkata: Orang ini telah datang sebagai orang yang bertobat dan menyesal kepada Allah dan malaikat azab berkata: Dia tidak melakukan kebaikan sama sekali. Kemudian datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia untuk memutuskan di antara mereka. Dia berkata: Engkau mengukur tanah yang telah dia dekati. Mereka mengukurnya dan menemukan dia lebih dekat ke tanah di mana dia ingin pergi (tanah kesalehan), dan dengan demikian para malaikat belas kasihan menguasainya. Qatada mengatakan bahwa Hasan mengatakan kepadanya bahwa dikatakan kepada mereka bahwa ketika kematian mendekatinya, dia merangkak di dadanya (dan berhasil) menyelinap di tanah belas kasihan.
Kitab Taubat - Sahih Muslim 2766a
Narasi mendalam dari Sahih Muslim ini menunjukkan keluasan rahmat Allah dan sifat komprehensif dari taubat Islam (tawbah). Pembunuh seratus jiwa mewakili kasus uji tertinggi untuk pengampunan ilahi.
Komentar Ilmiah tentang Kesalahan Sang Biksu
Pernyataan biksu bahwa taubat tidak mungkin merupakan kesalahan serius dalam teologi Islam. Tidak ada ulama yang memiliki wewenang untuk membatasi rahmat Allah atau menutup pintu taubat bagi pendosa mana pun, terlepas dari besarnya kejahatan mereka.
Ini menyoroti bahaya berbicara tentang agama tanpa pengetahuan yang tepat dan pentingnya berkonsultasi dengan ulama yang memenuhi syarat yang memahami sifat komprehensif pengampunan ilahi dalam Islam.
Bimbingan Ulama yang Benar
Ulama yang benar menunjukkan pengetahuan Islam yang tepat dengan segera menegaskan kemungkinan taubat dan memberikan panduan praktis. Instruksinya untuk bermigrasi ke komunitas yang saleh mencerminkan prinsip Islam bahwa perubahan lingkungan sering memfasilitasi transformasi spiritual.
Penekanan pada meninggalkan lingkungan yang jahat menunjukkan kebijaksanaan untuk menjauhkan diri dari keadaan yang dapat mengarah kembali pada dosa, menunjukkan bahwa taubat melibatkan baik tekad internal maupun tindakan eksternal.
Rahmat Ilahi di Saat-Saat Terakhir
Penerimaan pria itu meskipun meninggal dalam perjalanan mengajarkan bahwa Allah menghakimi berdasarkan niat dan usaha. Ketetapan hatinya yang tulus untuk mencapai tanah ibadah cukup untuk penerimaan ilahi.
Pengukuran jarak melambangkan bagaimana Allah mengevaluasi arah spiritual dan niat hamba-hamba-Nya. Gerakan merangkak terakhir menunjukkan bahwa bahkan usaha fisik minimal, ketika digabungkan dengan niat tulus, dapat mengamankan rahmat ilahi.
Prinsip-Prinsip Teologis Utama
Rahmat Allah mencakup semua dosa ketika disertai dengan taubat yang tulus. Tidak ada manusia yang memiliki wewenang untuk menyatakan pendosa mana pun di luar penebusan. Niat tulus yang digabungkan dengan usaha diterima oleh Allah, bahkan jika tindakan yang dimaksud tidak sepenuhnya terwujud. Mengubah lingkungan seseorang dapat sangat penting untuk taubat yang berhasil. Penghakiman ilahi mempertimbangkan arah spiritual dan niat pada saat kematian.