Tidak ada kesempatan untuk pertobatan bagi Anda. Dia juga membunuh biarawan itu dan kemudian mulai melakukan penyelidikan dan berpindah dari satu desa ke desa lain di mana ada orang-orang saleh yang tinggal, dan karena dia telah menempuh jarak tertentu, dia disusul oleh kematian, tetapi dia berhasil merangkak di dadanya (ke sisi yang lebih dekat dengan tempat tinggal orang-orang saleh). Dia meninggal dan kemudian ada perselisihan antara malaikat belas kasihan dan malaikat hukuman dan (ketika diukur) dia ditemukan lebih dekat dengan desa di mana orang-orang saleh hidup sama dengan Ruang rentang dan dengan demikian dia termasuk di antara mereka.
Kitab Taubat - Sahih Muslim 2766b
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Narasi mendalam dari Sahih Muslim ini mengungkapkan rahmat Allah yang tak terbatas kepada hamba-hamba-Nya dan menunjukkan bahwa taubat yang tulus diterima hingga saat kematian, asalkan hati berbalik kepada kebenaran.
Komentar tentang Narasi
Hadis ini menggambarkan bahwa rahmat Allah meliputi segala sesuatu dan bahwa Dia menerima niat tulus hamba-hamba-Nya, bahkan ketika tindakan fisik mereka tidak lengkap. Pria yang melakukan dosa besar - termasuk pembunuhan - menunjukkan penyesalan yang tulus dan mencari kedekatan dengan orang-orang saleh di saat-saat terakhirnya.
Pengukuran jarak melambangkan orientasi spiritual hati. Meskipun secara fisik jauh dari komunitas saleh, niat tulusnya untuk mencapai mereka dihitung seolah-olah dia benar-benar tiba. Ini mengajarkan kita bahwa Allah menghakimi berdasarkan niat di hati kita daripada hanya keadaan luar kita.
Wawasan Ilmiah
Perselisihan antara malaikat rahmat dan hukuman mencerminkan keadilan ilahi di mana setiap jiwa dihakimi sesuai dengan keadaan terakhirnya. Perubahan tulus pria itu menuju kebenaran dalam napas terakhirnya mengubah keadaan spiritualnya sepenuhnya.
Narasi ini menekankan bahwa tidak ada yang boleh putus asa dari rahmat Allah, terlepas dari besarnya dosa mereka. Pintu taubat tetap terbuka selama jiwa belum mencapai tenggorokan pada saat kematian, dan niat tulus sudah cukup untuk penerimaan Allah.
Para ulama menjelaskan bahwa insiden ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat bahwa tindakan dan niat terakhir kita menentukan nasib akhir kita di akhirat, dan bahwa rahmat Allah dapat mengubah bahkan situasi yang tampaknya paling putus asa.