Ketika Rasulullah (saw) berniat untuk memulai ekspedisi, dia merahasiakannya sebagai rahasia, tetapi. tidak dilakukan dalam thic. ekspedisi. Dan dalam riwayat yang disampaikan atas otoritas Muhammad b. Abdullah b. Muslim, tidak ada penyebutan tentang Abu Khaithana (Allah berkenan kepadanya) dan tidak ada penyebutan pertemuannya dengan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم).
Kitab Taubat - Sahih Muslim 2769 c
Dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Narasi ini dari Sahih Muslim berkaitan dengan ekspedisi militer Nabi Muhammad (semoga damai atasnya) dan mengandung hikmah strategis yang penting. Para ulama klasik menjelaskan bahwa Nabi biasanya merahasiakan ekspedisi militer untuk mempertahankan keunggulan taktis dan kejutan terhadap musuh. Praktik ini termasuk dalam prinsip-prinsip Islam yang lebih luas tentang perencanaan, kebijaksanaan dalam peperangan, dan melindungi kepentingan Muslim.
Komentar Ulama tentang Kerahasiaan dalam Ekspedisi
Imam al-Nawawi, dalam komentarnya tentang Sahih Muslim, menjelaskan bahwa menyembunyikan gerakan militer adalah sunnah yang mapan ketika ada manfaat dalam melakukannya. Ini menunjukkan prinsip Islam dalam menggunakan kebijaksanaan dan strategi dalam semua hal, terutama yang berkaitan dengan perlindungan komunitas Muslim.
Pengecualian yang disebutkan dalam hadis ini, di mana Nabi tidak mempertahankan kerahasiaan dalam ekspedisi tertentu, menunjukkan fleksibilitas hukum Islam berdasarkan keadaan. Para ulama mencatat bahwa ketika tidak ada manfaat dalam kerahasiaan, atau ketika mengumumkan ekspedisi melayani tujuan yang lebih besar seperti menunjukkan kekuatan Muslim, maka kerahasiaan dapat ditinggalkan.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Ajaran ini menetapkan bahwa perencanaan strategis dan kebijaksanaan militer tidak hanya diizinkan tetapi direkomendasikan dalam Islam. Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa Muslim harus menggunakan kebijaksanaan dalam semua urusan mereka, menimbang manfaat dan bahaya dari mengungkapkan atau menyembunyikan informasi.
Variasi dalam narasi yang disebutkan di akhir menunjukkan ilmu transmisi hadis yang teliti, di mana para ulama dengan cermat mencatat perbedaan antara para perawi untuk melestarikan keaslian dan ketepatan tradisi Kenabian.