Aku akan berkeliling pada malam hari kepada sembilan puluh istriku, dan masing-masing dari mereka akan melahirkan seorang anak (yang akan bertumbuh) sebagai penunggang kuda dan berjuang demi jalan Allah, para sahabat-sahabatnya berkata kepadanya: Katakanlah "Insya' Allah." tetapi dia tidak mengucapkan Insyi' Allah. Dia mengelilingi mereka semua tetapi tidak ada dari mereka yang hamil kecuali satu, dan dia melahirkan anak prematur. Dan oleh Dia di tangan-Nya nyawa Muhammad, jika dia berkata, Insya' Allah (istri-istrinya akan melahirkan anak-anak yang semuanya akan tumbuh menjadi penunggang kuda dan berjuang di jalan Allah).
Kitab Sumpah - Sahih Muslim 1654e
Riwayat ini dari Sahih Muslim berfungsi sebagai pelajaran mendalam tentang pentingnya memohon kehendak Allah dalam segala hal. Nabi (semoga damai menyertainya) menceritakan kisah seorang pria yang membanggakan kemampuannya untuk menghamili sembilan puluh istrinya, berjanji mereka akan melahirkan putra-putra yang akan menjadi penunggang kuda yang berjuang di jalan Allah.
Komentar Ilmiah
Ajaran utama di sini berkaitan dengan sifat wajib mengucapkan "Insha'Allah" (jika Allah menghendaki) ketika berbicara tentang peristiwa masa depan. Kegagalan pria itu untuk mengkondisikan pernyataannya dengan frasa ini menunjukkan kesombongan dalam mengandalkan kekuatannya sendiri, mengabaikan ketetapan ilahi.
Ulama klasik menjelaskan bahwa setiap tindakan manusia memerlukan dua sebab: usaha manusia dan izin ilahi Allah. Dengan menghilangkan "Insha'Allah," pria itu secara efektif mengaitkan hasil sepenuhnya pada dirinya sendiri, jatuh ke dalam jebakan ketergantungan pada diri sendiri daripada ketergantungan pada Tuhan.
Konsekuensinya - hanya satu istri yang hamil dan melahirkan anak prematur - menggambarkan bagaimana Allah memanifestasikan kebijaksanaan-Nya melalui "kegagalan" yang tampak untuk mengajarkan pelajaran spiritual yang penting. Sumpah serius Nabi menekankan kepastian hasil jika pria itu telah mengakui kehendak ilahi dengan benar.
Aplikasi Praktis
Hadis ini menetapkan sunnah mengucapkan "Insha'Allah" ketika merencanakan tindakan masa depan. Ulama menyimpulkan dari ini bahwa menyebut kehendak Allah sangat penting ketika membuat sumpah atau komitmen yang kuat.
Riwayat ini juga mengajarkan kerendahan hati di hadapan qadr Allah (ketetapan ilahi) dan memperingatkan terhadap kepercayaan diri yang berlebihan pada kemampuan seseorang tanpa mengakui bahwa semua hasil akhirnya bergantung pada izin Allah.