Allah, Yang Maha Mulia, telah menunjuk seorang malaikat sebagai penjaga rahim, dan dia akan berkata: Tuhanku, sekarang setetes air mani; Tuhanku, Sekarang adalah gumpalan darah; Tuhanku, sekarang telah menjadi segumpal daging, dan ketika Allah memutuskan untuk memberikannya bentuk akhir, malaikat berkata: Tuhanku, apakah itu laki-laki atau perempuan atau apakah dia akan menjadi orang jahat atau orang baik? Bagaimana dengan mata pencaharian dan usianya? Dan semuanya tertulis seperti dia berada di dalam rahim ibunya.
Kitab Takdir - Sahih Muslim 2646
Narasi ini dari Sahih Muslim merinci proses penciptaan manusia yang mendalam dan ketetapan ilahi, menegaskan bahwa pengetahuan dan kehendak Allah mencakup semua hal sebelum mereka ada.
Komentar tentang Tahapan Penciptaan
Hadis ini menggambarkan perkembangan embrio dalam tahapan yang tepat: nutfah (tetesan sperma), alaqah (gumpalan yang menempel), dan mudghah (gumpalan daging yang dikunyah). Ini sesuai sempurna dengan embriologi modern sementara diwahyukan berabad-abad sebelum penemuan ilmiah.
Pelaporan bertahap malaikat menunjukkan keterlibatan Allah yang terus-menerus dalam penciptaan, dengan setiap tahap memerlukan izin ilahi untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Ketetapan Qadr
Ketika embrio mencapai 120 hari, malaikat menanyakan empat aspek fundamental takdir seseorang: jenis kelamin, karakter moral, penghidupan, dan umur. Ini menandai momen ketika jiwa dihembuskan ke dalam janin.
Semua hal ini dicatat dalam Luh Mahfuz (al-Lawh al-Mahfuz) sementara anak masih dalam kandungan, menegaskan sifat komprehensif dari takdir ilahi.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik menekankan bahwa ketetapan yang telah ditentukan ini tidak meniadakan kehendak bebas manusia. Sebaliknya, itu mencakup pengetahuan sebelumnya Allah tentang pilihan yang akan dibuat individu.
Pencatatan rezeki dan umur berfungsi sebagai pengingat untuk percaya pada penyediaan ilahi dan menggunakan waktu seseorang dalam perbuatan baik, mengetahui bahwa tidak ada yang terjadi di luar kebijaksanaan dan pengetahuan Allah.