Kami sedang dalam pemakaman di kuburan Gharqad ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) datang kepada kami dan kami duduk di sekelilingnya. Dia membawa tongkat bersamanya. Dia menundukkan kepalanya dan mulai menggaruk bumi dengan tongkatnya, dan kemudian berkata: Tidak ada seorang pun di antara kamu yang tempat duduk di Firdaus atau Neraka belum dialokasikan dan tentangnya belum tertulis apakah dia akan menjadi orang jahat atau orang yang diberkati. Seseorang berkata: Rasulullah, bukankah seharusnya kita bergantung pada takdir kita dan meninggalkan perbuatan kita? Setelah itu dia berkata: Tindakan setiap orang akan difasilitasi dalam apa yang telah diciptakan baginya, sehingga siapa pun yang termasuk dalam kelompok yang diberkati, akan mendapatkan perbuatan baik yang dipermudah baginya dan siapa pun yang termasuk orang-orang yang malang, akan mendapatkan perbuatan jahat yang dipermudah baginya. Dia kemudian membacakan ayat ini (dari Al-Qur'an): "Kemudian, yang memberi kepada yang membutuhkan dan menjaga kejahatan dan menerima yang terbaik (kebenaran Islam dan jalan kebenaran yang ditentukannya), Kami akan memudahkan baginya akhir yang mudah dan yang kikir dan menganggap dirinya di atas kebutuhan, Kami akan memudahkan baginya akhir yang sulit" (xcii. 5-10).
Kitab Takdir - Sahih Muslim 2647a
Hadis yang mendalam dari Sahih Muslim ini membahas ketetapan ilahi (al-Qadr) dan tanggung jawab manusia, menunjukkan bagaimana pengetahuan Allah sebelumnya dan kehendak bebas manusia hidup berdampingan dalam harmoni sempurna.
Latar Belakang dan Pengajaran Awal
Kedatangan Nabi di pemakaman Gharqad selama pemakaman berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang kematian dan kembalinya yang terakhir kepada Allah. Penggarukan tanah dengan tongkatnya secara visual memperkuat sifat sementara dunia ini dibandingkan dengan realitas kekal Akhirat.
Pernyataan bahwa tempat tinggal kekal setiap orang telah ditentukan sebelumnya mencerminkan keyakinan Islam dalam pengetahuan Allah yang lengkap tentang semua hal sebelum terjadinya. Ini mencakup tujuan akhir (Surga atau Neraka) dan keadaan spiritual (benar atau jahat) dari setiap jiwa.
Pertanyaan Sahabat dan Tanggapan Kenabian
Pertanyaan sahabat mewakili kekhawatiran manusia alami: jika semuanya sudah ditentukan, apa nilai usaha manusia? Tanggapan Nabi menjelaskan bahwa takdir tidak meniadakan tanggung jawab manusia tetapi justru mencakup sarana bersama dengan tujuan.
Konsep "fasilitasi" (taysīr) menunjukkan kebijaksanaan ilahi: Allah menciptakan keadaan dan kecenderungan yang selaras dengan takdir akhir seseorang. Orang yang benar menemukan ketaatan secara alami menarik, sementara orang jahat menemukan dosa semakin mudah diakses.
Koroborasi Qur'an
Pembacaan Surah al-Layl (92:5-10) memberikan bukti kitab suci untuk prinsip ini. Mereka yang menyucikan jiwa mereka melalui amal, kesadaran akan Tuhan, dan penerimaan kebenaran diberikan bantuan ilahi dalam mencapai keselamatan. Sebaliknya, mereka yang diperbudak oleh kekikiran dan kesombongan dibawa menuju kehancuran.
Ini menunjukkan bahwa pilihan seseorang di dunia ini adalah bukti dari keadaan mereka yang telah ditentukan dan sarana melalui mana keadaan itu diwujudkan. Ketetapan ilahi beroperasi melalui hukum alam dan psikologi manusia daripada melalui paksaan.
Wawasan Ilmiah
Sarjana klasik menekankan bahwa hadis ini menyelesaikan ketegangan yang tampak antara ketetapan ilahi dan tanggung jawab manusia. Pengetahuan Allah tidak memaksa tindakan manusia; melainkan, itu mencakup pilihan yang akan dibuat manusia secara bebas.
"Fasilitasi" yang disebutkan menunjukkan bahwa Allah memberikan kesuksesan kepada mereka yang cenderung pada kebaikan dan meninggalkan mereka yang terus-menerus memilih kejahatan. Dengan demikian, keadaan akhir seseorang mencerminkan disposisi terdalam mereka dan tindakan sukarela.