Apakah ada perbedaan antara orang-orang Firdaus dan penghuni neraka? Dia berkata: Ya. Sekali lagi dikatakan: (Jika demikian), maka Apa gunanya melakukan perbuatan baik? Kemudian dia berkata: Setiap orang difasilitasi dalam apa yang telah diciptakan untuknya.
Kitab Takdir - Sahih Muslim 2649a
Tradisi dari Sahih Muslim ini membahas pertanyaan mendalam tentang ketetapan ilahi dan tanggung jawab manusia, menyelesaikan ketegangan yang tampak antara takdir dan akuntabilitas moral.
Perbedaan Antara Penghuni Surga dan Neraka
Pernyataan Nabi bahwa perbedaan ada antara penghuni Surga dan penghuni Neraka mengonfirmasi realitas pengetahuan ilahi sebelumnya dan takdir. Perbedaan ini ditetapkan dalam pengetahuan abadi Allah, bukan sebagai pemilihan sewenang-wenang tetapi sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna.
Kekhawatiran penanya mencerminkan dilema teologis umum: jika takdir sudah ditentukan, apa tujuan tindakan manusia? Pertanyaan ini muncul dari kesalahpahaman tentang hubungan antara ketetapan ilahi dan pilihan manusia.
Fasilitasi Ilahi dan Tanggung Jawab Manusia
Tanggapan "Setiap orang difasilitasi dalam apa yang telah diciptakan untuknya" menyelesaikan dilema ini dengan indah. Fasilitasi ilahi (taysīr) berarti Allah menciptakan sarana dan keadaan yang selaras dengan kecenderungan bawaan dan takdir akhir setiap orang.
Mereka yang diciptakan untuk Surga difasilitasi menuju perbuatan benar melalui bimbingan ilahi, keadaan yang memungkinkan, dan kecenderungan spiritual. Demikian pula, mereka yang ditakdirkan untuk Neraka difasilitasi menuju kejahatan melalui pilihan mereka sendiri, penolakan terhadap bimbingan, dan ketekunan dalam pelanggaran.
Fasilitasi ini tidak meniadakan kehendak bebas tetapi beroperasi melaluinya. Pilihan seseorang mengungkapkan sifat bawaan dan tujuan akhir mereka. Perbuatan baik tetap penting karena mereka adalah sarana menuju Surga dan bukti dari kecenderungan benar seseorang.
Interpretasi Ulama
Ulama klasik menjelaskan bahwa pengetahuan sebelumnya Allah mencakup bagaimana setiap orang akan memilih secara bebas. Ketetapan ilahi mencatat apa yang akan dilakukan manusia dengan kehendak mereka sendiri, bukan melawan kehendak mereka. Dengan demikian, takdir dan tanggung jawab manusia hidup berdampingan dengan cara yang melampaui pemahaman manusia.
Orang beriman diperintahkan untuk berusaha dalam perbuatan baik sambil mempercayai kebijaksanaan ilahi. Kekhawatiran utama seseorang seharusnya melakukan tindakan benar daripada berspekulasi tentang ketetapan yang tidak terlihat, karena perbuatan adalah sarana menuju keselamatan dan manifestasi dari sifat sejati seseorang.