Apa pandangan Anda, apa yang dilakukan orang-orang saat ini di dunia, dan perjuangkan, apakah itu sesuatu yang ditetapkan untuk mereka atau telah ditentukan sebelumnya untuk mereka atau akankah nasib mereka di akhirat dialihkan oleh kenyataan bahwa para nabi mereka membawa mereka ajaran yang tidak mereka tindaklanjuti? Saya berkata: Tentu saja, itu adalah sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya bagi mereka dan telah ditentukan sebelumnya bagi mereka. Dia (lebih lanjut) berkata: Lalu, bukankah itu adalah ketidakadilan (untuk menghukum mereka)? Saya merasa sangat terganggu karena itu, dan berkata: Segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan terletak pada Kuasa-Nya. Dia tidak akan ditanyai tentang apa yang Dia lakukan, tetapi mereka akan ditanyai; Kemudian dia berkata kepadaku: Semoga Allah mengasihani kamu, aku tidak bermaksud meminta kepadamu tetapi untuk menguji kecerdasanmu. Dua orang dari suku Muzaina datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata: Rasulullah, apa pendapatmu yang dilakukan dan diperjuangkan oleh orang-orang di dunia, adalah sesuatu yang ditetapkan bagi mereka; sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya bagi mereka dan akan nasib mereka di akhirat ditentukan oleh fakta bahwa para nabi mereka membawa mereka ajaran-ajaran yang tidak mereka tindaklanjuti. dan dengan demikian mereka menjadi pantas dihukum? Setelah itu, dia berkata: Tentu saja, itu terjadi seperti yang ditetapkan oleh Takdir dan telah ditentukan sebelumnya bagi mereka, dan pandangan ini dikonfirmasi oleh ayat Kitab Allah ini, Yang Maha Mulia: "Pertimbangkan jiwa dan Dia yang menyempurnakannya, kemudian menghembuskan dosa dan kesalehannya ke dalamnya" (xci. 8).
Kitab Takdir - Sahih Muslim 2650
Narasi mendalam ini membahas masalah rumit tentang ketetapan ilahi (al-Qadr) dan tanggung jawab manusia. Penanya mengungkapkan kebingungan tentang apakah tindakan manusia telah ditentukan sebelumnya atau jika orang akan dimintai pertanggungjawaban karena menolak bimbingan kenabian.
Ketetapan Ilahi dan Pertanggungjawaban Manusia
Jawaban Nabi menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan ketetapan Allah yang telah ditetapkan sebelumnya, namun ini tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Ayat dari Surah Ash-Shams (91:8) mengonfirmasi bahwa Allah membekali jiwa manusia dengan kemampuan untuk membedakan antara dosa dan kesalehan.
Pengetahuan Allah mencakup semua yang telah, sedang, dan akan terjadi. Ketetapan-Nya tidak memaksa manusia untuk berbuat dosa maupun mencabut kehendak bebas mereka. Sebaliknya, itu mencakup pengetahuan abadi-Nya tentang pilihan yang akan dibuat ciptaan-Nya.
Penyelesaian Kontradiksi yang Tampak
Kontradiksi yang tampak antara ketetapan ilahi dan pertanggungjawaban manusia diselesaikan dengan memahami bahwa keadilan Allah beroperasi dalam pengetahuan-Nya yang sempurna. Manusia ditanyai untuk pilihan yang dibuat melalui kehendak bebas yang diberikan, sementara tindakan Allah tidak dapat dipertanyakan karena kebijaksanaan dan kedaulatan-Nya yang mutlak.
Ketidaknyamanan awal yang dialami oleh penanya mencerminkan rasa takjub yang seharusnya dirasakan seseorang ketika merenungkan hal-hal ilahi yang melampaui pemahaman manusia sepenuhnya.
Perspektif Ilmiah
Ulama klasik menjelaskan bahwa ketetapan Allah beroperasi melalui sarana (asbāb). Dia menetapkan baik tujuan maupun sarana untuk mencapainya. Usaha manusia merupakan sarana di mana hasil yang telah ditetapkan sebelumnya terwujud.
Ajaran Nabi menjaga keseimbangan: menegaskan ketetapan ilahi sambil mempertahankan tanggung jawab manusia, mencegah baik fatalisme maupun penyangkalan terhadap pengetahuan dan kekuasaan Allah yang meliputi segalanya.