حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ، - يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ - عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Abu Huraira melaporkan bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Dunia adalah rumah penjara bagi orang percaya dan Firdaus bagi orang yang tidak percaya.

Comment

Kitab Zuhd dan Pelembutan Hati - Sahih Muslim 2956

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Hadis yang mendalam dari Sahih Muslim ini mengungkapkan realitas spiritual mendasar mengenai hubungan orang beriman dengan dunia sementara ini.

Dunia sebagai Penjara bagi Orang Beriman

Orang beriman mengalami dunia ini sebagai penjara karena kerinduan terakhir mereka adalah untuk tempat tinggal abadi di Surga. Mereka menyadari sifat sementara dari kesenangan duniawi dan menahan keinginan mereka dalam ketaatan kepada perintah Allah.

Jiwa orang beriman merindukan rumah aslinya dalam Kehadiran Ilahi, membuat keberadaan duniawi terasa membatasi. Setiap cobaan menjadi ujian iman, dan setiap kenyamanan dilihat dengan hati-hati agar tidak mengalihkan dari pencarian spiritual.

Dunia sebagai Surga bagi Orang Kafir

Bagi orang kafir, dunia ini mewakili surga terakhir mereka karena mereka tidak percaya pada Akhirat. Mereka mengejar kesenangan duniawi tanpa kendali spiritual, menganggap kesuksesan materi sebagai pencapaian tertinggi.

Keterikatan mereka pada kesenangan sementara membutakan mereka pada realitas abadi. Apa yang tampak sebagai kebebasan sebenarnya adalah kurungan terbesar, karena mereka dipenjara oleh keinginan mereka sendiri dan terbatas pada keberadaan yang fana ini.

Kebijaksanaan Spiritual dan Aplikasi Praktis

Ajaran ini mendorong orang beriman untuk mempertahankan perspektif yang tepat - menggunakan dunia sebagai sarana untuk mencapai Akhirat daripada sebagai tujuan itu sendiri. Ini menumbuhkan kepuasan dengan sedikit dan keterlepasan dari keterikatan duniawi yang berlebihan.

Orang beriman menemukan kenyamanan dalam mengetahui bahwa pembatasan dan kesulitan saat ini bersifat sementara, sementara kebebasan nyata orang kafir pada akhirnya akan mengarah pada kurungan abadi di Akhirat.