حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ، - يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ - عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Anas b. Malik melaporkan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) mengatakan

Tiga hal mengikuti bier orang mati. Dua dari mereka kembali dan satu ditinggalkan bersamanya: anggota keluarganya, kekayaan, dan perbuatan baiknya. Anggota keluarga dan kekayaannya kembali dan perbuatan itu sendiri ditinggalkan bersamanya.

Comment

Komentar Hadis

Narasi mendalam ini dari Sahih Muslim (2960) dalam "Kitab Zuhud dan Pelunakan Hati" menawarkan hikmah penting mengenai sifat sementara keterikatan duniawi dan keabadian investasi spiritual.

Tiga Sahabat

Anggota Keluarga: Bahkan kerabat terdekat yang menemani almarhum ke kuburan pada akhirnya harus kembali ke urusan duniawi mereka, mengilustrasikan sifat sementara hubungan manusia dalam kehidupan ini.

Kekayaan dan Harta Benda: Semua akumulasi materi tertinggal, menguntungkan ahli waris sementara almarhum tidak mendapatkan apa pun dari apa yang mereka usahakan untuk dikumpulkan kecuali yang dibelanjakan di jalan Allah.

Amal Baik: Hanya ini yang tetap sebagai sahabat abadi, memberikan kenyamanan di kuburan dan menjadi satu-satunya mata uang yang berharga di Akhirat.

Implikasi Spiritual

Hadis ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat untuk memprioritaskan amal perbuatan daripada keterikatan duniawi. Orang beriman yang cerdas berinvestasi pada apa yang menemani mereka melampaui kematian, sementara yang lalai sibuk dengan apa yang harus mereka tinggalkan.

Pemisahan yang dijelaskan menekankan bahwa di kuburan, seseorang menemukan ketenangan hanya melalui tindakan saleh—shalat yang ditunaikan, sedekah yang diberikan, pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain, dan anak-anak saleh yang mendoakan mereka.

Aplikasi Praktis

Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa seseorang harus menyeimbangkan tanggung jawab duniawi dengan persiapan spiritual, memastikan bahwa kekayaan dan keluarga menjadi sarana untuk mengumpulkan amal baik daripada gangguan dari realitas akhir.

Hikmah tertinggi terletak pada pemahaman bahwa apa yang kita kirimkan ke depan melalui tindakan saleh jauh lebih penting daripada apa yang kita tinggalkan dalam harta duniawi.