حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ، - يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ - عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Abu Huraira melaporkan bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Ketika salah satu dari kamu melihat seseorang yang berdiri pada tingkat yang lebih tinggi darimu dalam hal kekayaan dan struktur fisik, dia juga harus melihat orang yang berdiri pada tingkat yang lebih rendah darimu dalam hal hal-hal ini (di mana dia berdiri) pada tingkat yang lebih tinggi (dibandingkan dengan dia).

Comment

Komentar Hadis: Kitab Zuhud dan Pelembutan Hati

Hadis mendalam ini dari Sahih Muslim 2963 a memberikan panduan penting untuk menumbuhkan kepuasan dan melindungi hati dari penyakit iri dan ketidakpuasan.

Kebijaksanaan Spiritual dari Pandangan Komparatif

Rasulullah (semoga damai besertanya) mengajarkan kita metode yang tepat untuk melihat berkah orang lain. Ketika mata secara alami tertuju pada mereka yang memiliki lebih banyak persediaan duniawi, seseorang harus secara sadar mengalihkan pandangannya kepada mereka yang memiliki lebih sedikit.

Praktik ini berfungsi sebagai obat spiritual melawan "ain" (mata jahat) dan melindungi hati dari efek korosif membandingkan diri sendiri dengan mereka yang tampaknya lebih beruntung dalam hal harta benda atau atribut fisik.

Obat untuk Penyakit Spiritual

Para ulama menjelaskan bahwa ajaran ini menangani kecenderungan manusia terhadap ketidakpuasan (qana'ah) dan bahaya mengingini apa yang dimiliki orang lain (hasad). Dengan melihat ke bawah dalam urusan duniawi, seseorang mengaktifkan rasa syukur (shukr) atas berkah Allah.

Metodologi ini menjaga kemurnian hati, memperkuat iman pada ketetapan ilahi (qadr), dan menumbuhkan kerendahan hati dengan menyadari bahwa segala berkah yang kita miliki adalah murni anugerah dari Allah, bukan pencapaian buatan kita sendiri.

Implementasi Praktis

Para pendahulu yang saleh akan secara aktif mempraktikkan ini dengan rutin mengunjungi orang sakit, menghadiri pemakaman, dan menghabiskan waktu dengan mereka yang kurang beruntung untuk mempertahankan perspektif yang tepat tentang urusan duniawi.

Hadis ini tidak menghalangi ambisi dalam urusan agama - memang, kita harus melihat ke atas kepada mereka yang lebih berpengetahuan dan saleh untuk meningkatkan iman. Pembatasan ini berlaku khususnya untuk perbandingan duniawi yang menimbulkan ketidakpuasan.