'Sesungguhnya apa yang menghalangi aku untuk menceritakan kepadamu sejumlah besar Ḥadīth adalah bahwa Rasulullah, shallallahu dan berkah kepadanya, bersabda: 'Barangsiapa berniat untuk berbaring padaku, maka biarlah dia duduk di dalam api.'
Pengantar - Sahih Muslim 2
Narasi ini dari Sahih Muslim menunjukkan kehati-hatian mendalam yang dilakukan oleh Para Sahabat dalam menyampaikan ajaran Nabi, takut bahkan kesalahan tidak disengaja dalam menyampaikan kata-kata suci-Nya.
Komentar Ilmiah
Hadis ini menekankan tanggung jawab berat dalam menyampaikan tradisi kenabian. Ancaman api neraka untuk pemalsuan yang disengaja berfungsi sebagai pencegah yang kuat, memastikan kemurnian ajaran Islam.
Ulama klasik menjelaskan bahwa peringatan ini melampaui sekadar berbohong untuk mencakup kelalaian dalam verifikasi dan penyampaian yang ceroboh. Ini mendirikan ilmu kritik hadis (ʿilm al-ḥadīth) yang ketat untuk melestarikan keaslian Sunnah.
Penahanan Para Sahabat dalam menceritakan lebih sedikit hadis mencerminkan kesalehan mendalam mereka dan pemahaman bahwa kualitas dalam penyampaian mengungguli kuantitas, memastikan Ummah hanya menerima ajaran yang terverifikasi.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Hadis ini membentuk fondasi metodologi ilmiah Islam, di mana rantai transmisi (isnād) dan keandalan perawi (ʿadālah wa ḍabṭ) menjadi kriteria penting untuk menerima ucapan kenabian apa pun.
Secara spiritual, ini mengajarkan Muslim pentingnya kejujuran dalam urusan agama dan konsekuensi parah dari mengaitkan kebohongan kepada Nabi Muhammad (semoga damai menyertainya), melindungi agama dari korupsi.