وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، عَنْ شُعْبَةَ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ، بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا، - رضى الله عنه - يَخْطُبُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ تَكْذِبُوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبْ عَلَىَّ يَلِجِ النَّارَ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Muhammad bin Ubayd il-Ghubarī meriwayatkan kepada kami, Abū Awānah meriwayatkan kepada kami, atas kewibawaan Abī Hasīn, atas kewibawaan Abī Sālih, atas kewibawaan Abū Hurayrah, beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'shall', dan berkah Allah kepadanya, bersabda.

'Barangsiapa dengan sengaja berbohong di atasku, maka biarlah dia duduk di dalam api'.

Comment

Larangan Memalsukan Hadis

Narasi mendalam dari Sahih Muslim 3 ini berfungsi sebagai prinsip dasar dalam ilmu keislaman, menetapkan larangan keras terhadap pengutipan pernyataan palsu kepada Nabi Muhammad (semoga damai menyertainya).

Komentar Ilmiah

Frasa "berbohong kepadaku" mencakup segala bentuk pemalsuan, distorsi, atau pengutipan yang salah kepada Nabi, baik dalam hal keyakinan, hukum, atau catatan sejarah. Kesengajaan yang disebutkan menunjukkan kebohongan yang disengaja, bukan kesalahan jujur dalam transmisi.

"Ambil tempatnya di Neraka" mewakili salah satu peringatan terkuat dalam teks Islam, menunjukkan beratnya dosa ini. Ulama klasik seperti Imam Nawawi menjelaskan ini sebagai ancaman pasti Neraka bagi mereka yang bertahan dalam penipuan ini tanpa tobat.

Konteks Sejarah dan Pelestarian

Hadis ini memotivasi pengembangan ilmu otentikasi yang ketat (Mustalah al-Hadith) di mana para ulama menetapkan rantai narasi (isnad) dan kritik konten (matn) yang teliti untuk melestarikan warisan Kenabian dari korupsi.

Ulama Muslim awal seperti Al-Bukhari dan Muslim menyusun koleksi otentik mereka tepat untuk membedakan narasi asli dari yang dipalsukan, memastikan kemurnian ajaran Islam untuk generasi mendatang.