وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، عَنْ شُعْبَةَ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ، بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا، - رضى الله عنه - يَخْطُبُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ تَكْذِبُوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبْ عَلَىَّ يَلِجِ النَّارَ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Muhammad bin Abd Allah bin Numayr meriwayatkan kepada kami, ayah saya meriwayatkan kepada kami, Sa'īd bin Ubayd meriwayatkan kepada kami, Alī bin Rabi'ah meriwayatkan kepada kami, katanya

'Aku tiba di Masjid dan al-Mughīrah, Amīr al-Kūfah berkata: 'Aku mendengar Rasulullah, shallallahu 'shallallahu 'dan berkah atas dirinya, berkata, 'Sesungguhnya dusta atas aku tidak seperti dusta atas orang lain, karena barangsiapa dengan sengaja berbohong kepadaku, maka ia akan duduk di dalam api'.

Comment

Pengantar - Sahih Muslim 4 a

Narasi ini dari al-Mughīrah ibn Shu'bah, gubernur Kufah, berisi peringatan keras dari Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) mengenai pemalsuan pernyataan yang dikaitkan kepadanya.

Keburukan Berbohong Atas Nabi

Frasa "kebohongan atasku tidak seperti kebohongan atas siapa pun" menunjukkan kesucian unik dari ucapan Kenabian. Berbeda dengan ucapan biasa, kata-kata Nabi merupakan wahyu ilahi dan hukum agama.

Para ulama menjelaskan bahwa berbohong atas Nabi merusak agama itu sendiri, karena memperkenalkan kepalsuan ke dalam sumber-sumber suci legislasi Islam dan panduan bagi umat manusia.

Syarat Kesengajaan

Spesifikasi "secara sengaja" (mut'aammidan) menunjukkan bahwa hukuman berat berlaku khusus bagi mereka yang dengan sengaja memalsukan hadis sambil mengetahui itu salah.

Syarat ini membebaskan mereka yang menyampaikan narasi palsu tanpa sadar atau karena kesalahan, meskipun para ulama menekankan pentingnya memverifikasi laporan sebelum penyampaian.

Konsekuensi di Akhirat

"Dia akan mengambil tempat duduknya di Neraka" mewakili salah satu ancaman terkuat dalam teks Islam, menunjukkan sifat abadi dari hukuman ini di Neraka.

Komentator klasik mencatat bahwa ini menunjukkan betapa seriusnya Islam dalam menjaga sumber-sumber otentiknya dan melindungi ajaran Kenabian dari korupsi dan interpolasi.

Konteks dan Signifikansi Historis

Hadis ini membentuk dasar bagi ilmu kritik hadis yang ketat yang dikembangkan oleh ulama Muslim awal untuk membedakan laporan otentik dari pemalsuan.

Transmisi melalui al-Mughīrah, seorang sahabat dan gubernur terkemuka, menambah keaslian narasi ini dan menekankan pentingnya dalam kepemimpinan komunitas Islam awal.