أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ، قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالشُّفْعَةِ فِي كُلِّ شَرِكَةٍ لَمْ تُقْسَمْ رَبْعَةٍ وَحَائِطٍ لاَ يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَبِيعَهُ حَتَّى يُؤْذِنَ شَرِيكَهُ فَإِنْ شَاءَ أَخَذَ وَإِنْ شَاءَ تَرَكَ وَإِنْ بَاعَ وَلَمْ يُؤْذِنْهُ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ .
Terjemahan
Dikatakan bahwa Jabir berkata
“Rasulullah memerintahkan bahwa pemberian pra-emisi harus diberikan dalam segala sesuatu yang dibagi di mana pemisahannya tidak jelas, apakah itu rumah atau taman. Tidak diperbolehkan menjualnya sebelum memberi tahu pasangan seseorang, yang dapat mengambilnya atau meninggalkannya, sesuai keinginannya. Dia (pemilik saham) menjualnya tanpa memberitahunya, dan kemudian dia lebih berhak untuk itu.”