وعن ابن عمر، رضي الله عنهما، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا استوى علي بعيره خارجاً إلى سفر، كبر ثلاثاً، ثم قال‏:‏ ‏"‏سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين، وإنا إلي ربنا لمنقلبون‏.‏ اللهم إنا نسألك في سفرنا هذا البر والتقوى، ومن العمل ما ترضي‏.‏ اللهم هون علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده‏.‏ اللهم أنت الصاحب في السفر والخليفة في الأهل‏.‏ اللهم إني أعوذ بك من وعثاء السفر وكآبة المنظر وسوء المنقلب في الأهل والمال والولد‏"‏ وإذا رجع قالهن وزاد فيهن‏:‏ ‏"‏آيبون تائبون عابدون لربنا حامدون‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏ معنى ‏ ‏مقرنين‏ ‏‏:‏ مطيقين‏.‏ ‏ ‏والوعثاء‏ ‏ بفتح الواو وإسكان العين المهملة وبالثاء المثلثة وبالمد، وهي‏:‏ الشدة‏.‏ و‏ ‏الكآبة‏ ‏ بالمد، وهي‏:‏ تغير النفس من حزن ونحوه‏.‏ ‏ ‏والمنقلب‏ ‏‏:‏ المرجع‏.‏
Salin
Ali bin Rabi'ah melaporkan

Di hadapan saya, seekor binatang dibawa ke 'Ali bin Abu Thalib -raḍiyallāhu 'anhu- untuk menungganginya. Ketika dia meletakkan kakinya di atas sanggurdi, dia berkata: “Bismillah (dengan nama Allah).” Ketika dia telah menetap di punggungnya dia membacakan: “Al-Hamdu lillahil-ladhi sakh-khara lana hadha, wa ma kunna lahu muqrinin, wa inna ila Rabbin lamunqalibun. (Segala puji bagi Allah yang telah menundukkan hal ini kepada kami, karena kami tidak memiliki kekuatan untuk menguasainya; dan kami akan kembali kepada Rub kami). Dia kemudian membaca tiga kali: “Alhamdu lillah (puji bagi Allah),” dan kemudian tiga kali: “Allahu Abkar (Allah Maha Besar).” Kemudian dia berkata: “Subhanaka inni zalamtu nafsi faghfir li, innahu la yaghfirudh-dhunuba illa Anta (Engkau jauh dari ketidaksempurnaan aku telah menganiaya diriku sendiri, jadi ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau).” Lalu dia tersenyum. Ditanya: “Mengapa kamu tersenyum, wahai Amir al-Mu'minin (Pemimpin orang-orang Mukmin)?” Dia menjawab: “Saya melihat Rasulullah (ﷺ) melakukan seperti yang telah saya lakukan. Saya (yaitu, Ali) bertanya kepadanya (Rasulullah (ﷺ)) alasan untuk tersenyum. Dia (ﷺ) berkata, “Tuhanmu, Maha Mulia, senang ketika hamba-Nya meminta ampunan-Nya. Dia (hamba) memiliki iman yang teguh bahwa tidak ada seorang pun kecuali Allah yang dapat mengampuni dosa.” (Abu Dawud dan At-Tirmidhi)