حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَبِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ، قَالا‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقَةَ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، قَالَ‏:‏ صَلَّى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ، فَقِيلَ لَهُ‏:‏ أَتَتَكَلَّفُ هَذَا، وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ أَفَلا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا‏.‏
Terjemahan
Al-Aswad bin Yazid dijo

“Saya bertanya kepada 'A'sha -raḍiyallāhu 'anhu- tentang shalat malam hari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka dia berkata: 'Dia biasa tidur di awal malam. Kemudian dia bangun, dan ketika tiba waktunya sebelum fajar, dia melakukan witr [shalat ritual dengan jumlah siklus ganjil]. Kemudian dia datang ke kasurnya, dan jika dia membutuhkan, dia melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Ketika dia mendengar panggilan untuk berdoa, dia melompat, dan jika dia berada dalam keadaan kekotoran ritual besar, dia menuangkan air ke atas dirinya sendiri, dan jika tidak, dia melakukan ritual wudhu kecil dan pergi ke doa ritual.