حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَزِيعٍ، حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ مَا أَعْرِفُ شَيْئًا مِمَّا كُنَّا عَلَيْهِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم . فَقُلْتُ أَيْنَ الصَّلاَةُ قَالَ أَوَلَمْ تَصْنَعُوا فِي صَلاَتِكُمْ مَا قَدْ عَلِمْتُمْ . قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَنَسٍ .
Terjemahan
Asma bint 'Umais al-Khath'amiyyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW berkata
“Betapa jahatnya hamba orang yang membayangkan dirinya sendiri dan menjadi sia-sia melupakan Yang Mahatinggi, Yang Mahatinggi. Betapa jahatnya hamba yang memaksa dan berperilaku permusuhan, melupakan Kompeller, Yang Mahatinggi. Betapa jahatnya hamba orang yang lalai dan teralihkan, melupakan kuburan dan cobaan. Betapa jahatnya hamba orang yang kejam dan tirani, melupakan permulaan atau akhirnya. Betapa jahatnya hamba orang yang mencari dunia melalui agama. Betapa jahatnya hamba orang yang mencari agama melalui keinginannya. Betapa jahatnya hamba orang yang menaruh semua harapan pada semangatnya sendiri. Betapa jahatnya hamba yang menyembah yang disesatkan oleh keinginannya. Betapa jahatnya hamba yang aspirasinya mempermalukannya.”